Kompasiana sudah merilis soal "Kata Kunci" yang jadi "media atau alat sensor otomatis" terhadap artikel yang berpotensi melakukan pelanggaran berat. Adanya larangan "Kata Kunci" itu bertujuan baik, yakni agar "Bersama Kita Jaga Kompasiana Menjadi Rumah yang Sehat"
Secara khusus seorang Kompasianer kawakan yakni Felix Tani merespon tulisan resmi Kompasiana tersebut lewat sebuah artikel tertangga 12/03/2021 berjudul "Admin Kompasiana, Tolong Lebih Terbuka", . Â
Hal yang diungkapkan Kompasianer Felix Tani bisa mewakili keingintahuan banyak Kompasianer.
Kami sudah membaca secara seksama permintaan pertolongan Kompasianer Felix Tani---sesuai pernyataan di artikelnya yang "minta tolong" dan bukan "Kritik". Â
Kami apresiasi Felix Tani tidak lagi melakukan kritik, melainkan minta tolong. Kami juga berbesar hati bahwa Kompasianer Felix Tani mau minta tolong kepada kami. Â
Bagi kami, itu artinya Kompasianer Felix Tani beranggapan bahwa kami punya kemampuan menolong, padahal di tengah situasi serba tidak tentu dan sulit saat ini bermunculan  ketidakpercayaan banyak pihak terhadap kemampuan kami untuk menolong orang lain, khususnya para Kompasianer.
 Sebagai contoh Felix Tani menulis dengan tema sosiologi petani cabe rawit di masa pandemi, sebagai berikut '
 "Saat ini para petani mengalami kata kunci akibat pandemi yang berkepanjangan kata kunci. Akibatnya ekonomi petani kata kunci merosot tajam  sampai kata kunci..", dan seterusnya..dan seterusnya.
 Atau artikel bertema politik yang sedang aktual namun sangat sensitif bagi situasi sosial, politik, budaya dan ekonomi bangsa ini, sebagai berikut :
 "Rezim kata kunci yang berkuasa saat ini telah menyengsarakan kata kunci akibat salah kelola kata kunci. Sementara para pejabat kata kunci yang sejatinya jadi kata kunci justru melakukan kata kunci ditengah kesulitan rakyat kata kunci..." , dan seterusnya...dan seterusnya..