Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Janji Panggung dan Kehadiran

28 November 2019   12:27 Diperbarui: 28 November 2019   12:53 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Kehadiran berjanji pada panggung. Akan dibawakannya sekumpulan roh, pengarak cahaya rupa-rupa.

Panggung pun berjanji pada kehadiran. Atas nama gempita, disebarkannya barikade penguasa jiwa-jiwa haus.
 
Lalu mereka ciptakan serupa permainan belantara. Liar. Meriuh. Berkejaran.
Kemuliaan dan kehinaan dipaksa berdampingan. Tanpa kenal. Diperolok ruang kosong keramaian. Dirajam turunan-turunan keterasingan.

Selalu begitu,

Mereka boyong mozaik puja-puji pada dinding para dewa. Diratapi iblis. Merusuhkan hati, mata, dan bibir orang-orang kalah sejak dalam kandungan.

Panggung dan kehadiran tak pernah menyimpan kesepakatan dalam kemasan seremoni. Cukup bermaterai momentum, dan saksi egosentrum.

Setelah itu, mereka berjanji lagi. Dan lagi.
Tanpa perduli ritual hidup dan kematian sedang menjalani takdir tepat diberanda materai perjanjian.

Saat itu, kau di mana?

---

Peb28/11/2019 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun