Sekarang sedang ramai soal Ahok akan jadi bos BUMN. Walau belum defenitif di posisi direktur atau komisaris utama, muncul penolakan dari serikat pekerja Pertamina. Tak malu-malu, mereka memasang spanduk di sejumlah tempat, agar publik tahu dan berharap mendukung mereka.
Entah kebetulan atau tidak, elit serikat pekerja itu dulunya pendukung gerakan 212. Sudah banyak bukti digital terpampang di media masa.
Gerakan 212 ini dimotori oleh Habieb Rizieq Shihab, dan sangat  berperan memenjarakan Ahok. Kalau diibaratkan, hal itu muncul ada dua kutub yang saling berlawanan, yakni kutub Habieb Rizieq Shihab dan kutub Ahok.
Aksi penolakan terhadap Ahok jadi bos Pertamina menunjukkan elit beserta serikat pekerja itu sejak awal berada di kutub yang berbeda dengan Ahok pada masa itu. Mereka berada di kutub Habib Rizieq Shihab.
Mereka menolak Ahok jadi bos Pertamnia dengan berbagai alasan yang diciptakan secara logis. Â Terkait status hukum Ahok, perilaku atau perkataan yang kasar, biang keributan, perasaan umat, dan lain sebagainya.
Dengan berdasarkan alasan yang bisa diciptakan, besar kemungkinan mereka akan menerima Habieb Rizieq Shihab sebagai bos Pertamina. Â Tentu saja alasan itu berbeda dengan titik tolak penolakan Ahok misalnya pernah dihukum, perilaku dan perkataan kasar, perasaan umat. Karena bila ditilik kebelakang, Rizieq Shihab pernah dihukum penjara dan seterusnya, yang kurang lebih sama dengan alasan mereka menolak Ahok.
Lalu, apa alasan mereka mereka menerima Habieb Rizieq Shihab sebagai bos Pertamina? Â Iiih, masa gitu aja mesti dijelaskan sih? Yang pasti akan tercipta alasan yang logis pula, dan tampak cantik dibibir.
Mencalonkan Ahok atau Habib Rizieq Shihab jadi bos BUMN Pertamina, selain berimbang, juga bisa menampilkan keseruan wacana di ruang publik. Yang seru itu aneka wacana alasannya.
"Maju Habieb Rizieq nya, bahagia serikat pekerja Pertamina nya."