Belum redup hingar bingar berita kerusuhan di Papua, muncul perseteruan KPAI vs PB Djarum. Tak lama kemudian KPK pun geger. Padahal baru kemarin Timnas kita kalah dari Malaysia musuh abadi, lalu kita dibantai Thailand 3 gol tanpa balas. Ini bikin geram! "Jadi apa sih maunya kamu?"
Setiap waktu manusia masa kini dihadapkan pada realitas baru di kehidupan sehari-hari, sejak pagi bangun tidur sampai malam menjelang tidur. Bentuknya beragam lewat peristiwa mendengar, melihat, membaca dan terlibat langsung didalamnya.
Realitas seringkali menghadirkan kondisi hiruk-pikuk, turun naik, panas-dingin, atau sukses-gagal dalam ritme kehidupan pribadi dan kolektif. Kondisi tersebut menggugah beragam rasa: senang, bingung, cemas, kesal, marah dan lain-lain, yang seolah mempermainkan emosi dan menguras energi. Diajak ngobrol ndak nyambung, malah larut "ndelek-ndelek", tapi saat duduk sendiri di tepi jalan malah ngomong sendiri. Â Semoga ini tidak terjadi pada anda. Heuheuehu...
Keberadaan diri manusia dan lingkungan adalah suatu realitas bagi manusia itu sendiri. Secara fisik, dengan pengertian sederhana : "Realitas adalah segala kondisi, situasi atau objek-objek yang dianggap benar-benar ada didalam dunia kehidupan (Piliang 2003:21). Didalam realitas fisik ini, semua yang nampak menjadi sebuah pengalaman baru didalam dunia nyata sehari-hari dengan keberagamannya. Â Suka atau tidak suka, realitas itu harus dihadapi.
Pada era teknologi komunikasi dan informasi sekarang ini kita dihadapkan pada realitas yang beragam, cepat berganti, dan penuh kejutan. Semua itu menghadirkan realitas satu ke realitas lain, membentuk jejaring realitas. Mana ujung dan pangkalnya tak lagi diketahui pasti.
Banyak tokoh-ahli-orang awam yang memberikan tanggapan terhadap suatu peristiwa. Muncul komentar tandingan dengan beragam sudut pandang, agenda dan kepentingan. Mereka seolah saling bersautan.
Pada situasi itu teknologi komunikasi dan informasi jadi 'aktor' penting menghadirkan realitas "baru". Teknologi informasi dan komunikasi seolah berpesta mendapatkan keuntungan dari realitas tersebut.
Semua realitas itu seolah tak mengenal ruang, jarak dan waktu karena kita seolah dibawa kedalam satu ruang dan waktu yang tanpa jarak dengan realitas tersebut. Ia begitu cepat berganti dan muncul bersamaan dalam ritme kehidupan. Satu realitas belum selesai dipahami logika, muncul realitas baru yang lebih dahsyat.
Tayangan realitas itu seperti berkedip-kedip karena begitu cepatnya berubah, penuh warna atau hitam putih. Dari terang ke gelap, atau sebaliknya.
Kedap-kedip realitas itu laksana lampu pesta, dimana kita seperti hadir bersuka cita melihat tontonan baru yang menghanyutkan dan menguras rasa sentimental, romantisme, emosi dan mungkin membuat jengah di benak kita.