Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Prabowo Tidak Layak jadi Presiden Indonesia

3 April 2019   05:00 Diperbarui: 3 April 2019   22:49 6850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Debat keempat Pilpres 2019 telah menyuguhkan sebuah penampilan dua kandidat presiden yang mencengangkan rakyat Indonesia.  Debat itu meninggalkan kesan mendalam sekaligus sangat krusial bagi rakyat pemilik hak suara untuk mengambil keputusan memilih presiden. Terlebih, debat tersebut berlangsung  mendekati hari H pencoblosan di bilik suara.

Khusus untuk Prabowo ada catatan penting yang tak akan dilupakan para penonton yang calon pemilih. Pertama, pernyataan Prabowo tentang dirinya Pancasilais yang lahir dari keluarga Kristiani.

Prabowo menyatakan diri Pancasilas, lebih TNI daripada TNI, berperang mempertaruhkan nyawa sejak usia 18 tahun. Di panggung debat itu, mumpung disaksikan rakyat seluruh Indonesia,  nampaknya Prabowo ingin cuci tangan atau mandi bersih setelah "berkubang lumpur".

Hal ini terkait kedekatan kelompok politiknya dengan kelompok HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dan sejumlah ormas radikal yang seringkali menampilkan diri sangat menakutkan sebagian besar rakyat Indonesia yang cinta kedamaian dan keanekaragaman nusantara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selama berperan sebagai oposisi pada era pemerintahan Jokowi, khususnya menjelang masa Pilpres dimulai, para kelompok pendukung Prabowo gencar melakukan strategi kampanye hitam yang mendiskreditkan pemerintahan Jokowi dan sosok pribadi Jokowi.

Para pendukungnya dari organisasi radikal keislaman dengan bebas berkoar-koar mengagendakan negara khilafah dan yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Mereka bahkan memiliki agenda mengganti Pancasila dan mendirikan Khilafah di Indonesia. Kelak Indonesia menjadi Khilafah internasional.  

Ketika pemerintah secara resmi membubarkan HTI, para elit politik pendukung Prabowo justru membela HTI  dan mengakomodir HTI di Indonesia. Ini dilakukan Prabowo dan para elit politiknya  untuk meraih simpati masyarakat yang tergabung dalam HTI.  

Selama dinamika pembahasan atau kegaduhan soal HTI, tidak ada pernyataan penting Prabowo yang bisa dijadikan rujukan para pengikutnya bahwa dia Pancasilais dan menentang kelompok anti Pancasila.

Tidak ada pernyataan dan upaya Prabowo meredam atau menghentikan kelompok pendukungnya tersebut.  Kalau Prabowo memang Pancasilais, harusnya dia sejak awal menentang keberadaan HTI dan tidak merangkul mereka demi perpolitikan dirinya menuju Pilpres 2109.

sumber gambar : https://nasional.kompas.com/read/2019/03/30/20192281/di-panggung-debat-jokowi-tertawa-setelah-dibisiki-prabowo
sumber gambar : https://nasional.kompas.com/read/2019/03/30/20192281/di-panggung-debat-jokowi-tertawa-setelah-dibisiki-prabowo
Dalam kegaduhan demi kegaduhan itu, Prabowo seolah melakukan pembiaran, menikmati euforia anti Pancasila demi meraih dukungan politik dan Pilpres 2019. Sehingga, seperti yang dikatakan mantan kepala BIN Jenderal (purn) Prof. Dr. Hedropriyono, Pilpres kali ini telah menjadi pertarungan ideologi Pancasila versus Khilafah.

Sementara di sisi lain, hal itu menimbulkan keresahan dan ketakutan pada masyarakat luas.  Bisa jadi Prabowo tidak memiliki nyali, atau tidak memiliki kemampuan mengatur, menolak dan  menghentikan cara-cara kelompok pendukungnya yang melakukan tindakan anti Pancasila. Kelompok yang mengagendakan negara Khilafah, melakukan fitnah dan kebohongan publik secara masif di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun