Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Panggung Dungu vs Panggung Akal Sehat Publik di Tahun Politik

4 Februari 2019   05:24 Diperbarui: 4 Februari 2019   07:21 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; pixabay.com

 Istilah "Dungu" sedang ngetop. Tapi, banyak orang tidak mau dikatakan "Dungu". Mereka seolah menolak untuk jadi bagian ngetop-nya "Dungu".

Istilah "Akal Sehat" juga sedang ngetop. Dan banyak orang bangga menjadi bagian dari ngetopnya "Akal Sehat". Senang dikatakan memiliki"Akal Sehat" karena merujuk pada gambaran "Cerdas" yang didasarkan hati nurani.

Kini istilah "Dungu" dan "Akal Sehat" sama-sama berada di atas panggung, namun panggungnya berbeda tempat. Banyak orang lebih suka memilih pergi ke panggung "Akal Sehat". Namun itu bukan berarti panggung "Dungu" jadi sepi.

Mereka berbondong-bondong dengan keriuhannya pergi ke panggung "Akal Sehat", namun kemudian secara diam-diam memilih berada lebih lama di panggung "Dungu".

Mereka pergi ke panggung "Dungu" setelah isi absen dan setor muka sejenak di panggung "Akal Sehat". Mereka bahkan tidak pernah mau titip absen saat ke panggung "Akal Sehat", namun juga tak pernah mau mengisi absen di panggung "Dungu". Padahal, di panggung "Dungu" inilah mereka lebih lama menghabiskan waktunya, dan melupakan kartu absen "Akal Sehat"-nya.

Pertentangan dan keriuhan kemudian muncul ketika ada pihak yang mempertanyakan keberadaan para pemilik kartu absensi "Akal Sehat", yang bersikukuh sebagai bukan "Dungu". Mereka menolak dikatakan "Dungu" karena tidak pernah merasa mengisi absen di panggung "Dungu".

Pertentangan dan keriuhan semakin memuncak, membentuk panggung tersendiri di ruang publik. Panggung yang sengaja diatur para pemilik kepentingan politis untuk mendekati panggung "Akal Sehat", namun suasananya serasa di panggung "Dungu".

Para pemilik kartu "Akal Sehat" berada di panggung itu dengan cara membuat kebohongan dan kekacauan di ruang publik untuk menyerang dan membela diri dari tudingan. Mereka tampil gagah. Berambisi menjadi pemenang dan pahlawan bagi banyak orang. Mereka berkelahi dengan dirinya sendiri namun merasa sedang menghajar "Dungu".

Tepuk tangan dan sorak membahana menaikkan adrenalin dan nyali para pemilik absensi "Akal Sehat" tersebut. Dipukulnya sebuah sosok di depannya yang diyakini sebagai si "Dungu". Tapi herannya sosok itu tidak pernah mengelak, namun juga tak pernah jatuh.

Selama si pemilik kartu absen "Akal Sehat" itu masih berdiri, maka sosok si "Dungu" itu juga tetap berada tegak di panggung pertarungan. Sebaliknya, ketika si pemilik arti absen"Akal Sehat" itu diam atau turun dari panggung "Akal Sehat", maka sosok "Dungu" itu juga tidak ada di panggung pertarungan.

Ternyata, sosok si "Dungu" itu adalah bayangan si Pemilik  absensi "Akal Sehat" ketika berada di panggung tarung tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun