Bu, usia mu kini 76 tahun. Aku tak tahu, apakah kau selalu menghitung setiap pertambahannya?
Kata orang, ibu cuma perempuan rumahan. Bumi dan langitmu adalah Rumah Tangga. Dunia yang sejak awal kau bangun untuk kehidupanmu. Itulah tempat hampir seluruh waktu mu terlesap. Â
Bu, dunia kini berubah cepat. Jauh lebih cepat dari lunturnya gambar bunga-bunga di bajumu. Jauh lebih berwarna daripada hitam rambutmu yang berubah putih.
Bu, dalam kecepatan dunia itu, sampai kini aku tak bisa membaca warna pikiranmu. Tatapanmu tak lepas dari layar televisi, sembari cekatan tanganmu melipat satu persatu kain yang belum lama kau angkat dari tali jemuran di  belakang rumah kita, rumah yang dulu pernah membesarkan aku.
Bu, mata kita tertatap pada layar kaca yang sama. Pada seorang perempuan muda yang berwajah cemerlang itu. Hitungan kita mungkin sama. Usia perempuan itu separuh dari usiamu.
Bu, dunia perempuan itu beda dibandingkan dengan mu. Separuh waktunya di kantor megah berAC. Sebagian lagi di Mall, ruang senam, cafe, kolam renang dan pantai dan tempat-tempat yang akan terdengar asing di telingamu.
Bu, perempuan itu tak cuma punya KTP, tapi juga punya beragam kartu ATM, kredit card, dan kartu member ini-itu yang mungkin tak bisa kau bayangkan.
Bu, perempuan itu berada dikerumunan orang. Diapit beberapa lelaki tegap. Di depan kamera, dengan memakai rompi oranye bertuliskan Tahanan KPK, perempuan itu tetap menunjukkan wajah cemerlangnya. Tersenyum. Melambaikan tangan. Dia seperti memandang kau dan aku!
Bu, apa yang kau pikirkan tentang perempuan di layar televisi itu?Apakah perempuan itu mempesona ? Apakah kau kagum pada  penampilannya?
Ah, Ibu..apa pun yang kau pikirkan tentang perempuan itu, aku ingin kau tahu bahwa aku bangga padamu. Aku bersyukur memiliki mu.
---
Peb22/12/2018