Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pesan Terakhir Senja

2 Desember 2018   13:02 Diperbarui: 2 Desember 2018   14:11 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja pamit kepada langit ketika angin malam belum semuanya hadir. Sebelum beranjak, senja berpesan, jangan sisakan guratan merah jingga. Senja tak ingin malam memikul beban dosa, dari kesombongan rindu yang dibawa rangkaian pagi dan siang.

Senja paham, malam memiliki agenda sendiri. Kalau pun rindu datang lagi saat gelap, itu bukan karena senja lalai. Tapi pagi berbalik arah dan berkhianat pada siang. 

Pesan terakhir senja itu kemudian kuambil. Kulukiskan pada tubuh bumi. Kuberi bingkai di tepian horizon. Tak lupa sudutnya kuletakan batu nisan. Sebagai petanda. Agar langit tak lupa kematian waktu di masa lalu, ketika rindu meraja.

__ 

2/12/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun