Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bapak Itu

25 November 2018   04:58 Diperbarui: 25 November 2018   05:11 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; pixabay.com


Aku tak kenal orang itu layaknya teman
Hanya tahu dari banyak orang di kampung
Dia dikenal sebagai penjual obat
Mereka menyebutnya Bapak Itu

Sudah beberapa kali
aku singgah di kerumunan orang
Untuk melihat Bapak Itu berjualan
Saat pertama kali kusimak, aku terpesona
Bapak itu pandai bercerita masa lalu
Tentang diri dan keluarganya berjasa pada kampung kami
Mata banyak orang berkaca-kaca
Mungkin terhanyut kenangan lama

Kini aku singgah lagi di kerumunan
Kulihat Bapak Itu tetap dengan cerita yang sama
Tak pernah kudengar penjelasannya
Tentang kandungan dan khasiat obatnya
Atau langkah dia mengobati penyakit
Sekarang aku paham alasan banyak orang
lebih suka menyebut dia Bapak Itu

---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun