Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Des, Tahan Dulu Hasratmu

6 November 2018   13:07 Diperbarui: 6 November 2018   13:07 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; pixabay.com

Des, dari lolongan penjelang kematian mereka, dan pancaran belatimu di langit hitam, aku tahu kau mencariku. 

Sengaja aku tak beranjak. Saat itu altar kelelakianku jadi tempat nyaman menikmati pertunjukan hasrat primitifmu.

Kau memang tak berubah. Tetap perempuan iblis. Sangat keparat. Dan dengan belahanmu yang samar, selalu jadi magnet rinduku.

Tahu kah kau? Tatapanku tak lepas dari setiap ayunan belatimu pada tubuh para lelaki bersujud memeluk kakimu, sambil kunikmati gelinjang para perawan tolol yang datang mengantarkan birahinya. 

Aku tak pernah menancapkan kuku di tubuh mereka seperti lakumu saat menggapai tuntas. Terlalu sia-sia, Des. 

Aku ingin setiap detail tubuhku menikmati gelombang kedutan dan lenguh mereka. Nafas yang tercerabut perlahan. Keperihan yang tertahan. Hingga mereka tak  lagi bergerak. Dan kemudian iblis memanggilkan yang baru untukku. 

Des, jadi saat kau mencariku, aku pun sedang bersantap malam. Menikmati kelembutan lekuk-lekuk di nampan yang akan jadi nisan mereka.

Tak usah kau murka. Bertemu denganmu hanya pilihan momentum. Bukan soal lama penantian ujung bibirku. Atau cepatnya penyambutan lilitan lidahmu. 

Mungkin kau lupa. Keabadian waktu telah jadi milik kita, setelah kau cincang tubuh malaikat dan kumuliakan iblis di peraduan kita. Karena itu, tahan dulu hasratmu. Sabar dan pahami lah, lelehan hasrat kita tak pernah berkesudahan.

--- 

06/11/2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun