Zaman sekarang setiap orang hampir pasti bisa menulis. Minimal kirim dan balas sms di hape, atau menulis status dan komen di pesbuk, grup WA, Twitter. dan beragam medsos lainnya bagi pengiat komunikasi maya.
Menulis tak terbatas usia, dari anak TK sampai orang tua. Pun tak terbatas apakah anda pintar atau bodoh di sekolah. Kenapa? Karena jaman komunikasi sekarang ini mau tidak mau "menuntut" setiap orang bisa menulis. Kalau tidak mengikuti tuntutan itu maka akan ada "hukuman sosial" lain menyusul. Masih mendingan kalau hanya dianggap ketinggalan jaman, jadul atau katrok, tapi kalau tersesat? Bakal bikin heboh satu kampung. Kok bisa?
Bayangkan saja bila ada keluarga, teman atau kerabat anda kirim sms pada anda tak dibalas. Satu dua kali sms tak anda balas mungkin tak jadi masalah. Tapi kalau sudah berkali-kali tanpa balas selama 3-4 hari, dan yang mengirim sms itu banyak orang dekat, mulai dari teman, orang tua, kakak, adik, om, tante, istri, suami, pacar, penagih hutang, dan lain-lain maka mereka akan saling bertanya-tanya satu sama lain. Ada apa dengan anda? Lebih lanjut, bisa saja rumah atau kamar anda didobrak! Kalau di kamar anda tak bisa ditemui, mereka akan mencari anda di hutan, sungai, gunung dan akhirnya ke paranormal! Heu heu heu....
Menulis di jaman sekarang berbeda dengan Jaman Old. Kalau dulu orang hanya menulis cuma seminggu, sebulan, atau cuma setahun sekali waktu kirim kartu hari raya. Tapi jaman kini--dengan perangkat hp-anda bisa menulis kapanpun anda mau, disuruh atau tidak disuruh, sukarela atau terpaksa. Betul?Â
Menurut Mukidi, penasehat spiritual saya, dari menulis itu, walau anda orang yang super serius, dapat dipastikan anda pernah bercanda--setidaknya ketika menulis sesuatu pada teman atau keluarga dekat. Itu artinya, anda memiliki selera humor.Â
Menurut penerawangan Pebrianov Institute pusat kajian  kecantikan dan humor dari negeri di balik awan, Setiap orang punya selera humor dengan tingkat yang berbeda, setting yang tidak sama, dan cara yang unik satu sama lain. Seperti kata pepatah primitif katakan "men sana in korpori humor sano oough" yang artinya didalam badan yang sehat terdapat jiwa humor yang tersembunyi.Â
Kini menulis artikel (popular) menjadi satu kebutuhan, tak cuma untuk diri sendiri tetapi juga sebagai bentuk amal kepada orang lain. Dengan berbagi tulisan kita membuat orang tahu sesuatu yang sebelumnya dia tidak tahu. Menjadikan orang lain mengerti hal yang sebelumnya tak dimengerti. Membawa orang lain pada pemahaman yang sebelumnya tak dia pahami.Â
Untuk menjadikan semua itu kita tak perlu rumit sampai berkerut jidat mengatur huruf, kata, dan kalimat. Karena menulis merupakan "tuturan anda" layaknya anda berbicara lewat tulisan seperti saat  membalas sms, grup WA, Twitter, dan lain-lain. Disana ada "humor" yang anda miliki dan pernah anda tampilkan secara tidak sadar  sehingga teman tertarik untuk membaca atau membalas tulisan anda tersebut.  Modal dasar "ber-humor ria" itu bisa dikembangkan menjadi sesuatu yang membuat  artikel anda menarik.
Humor tak melulu identik dengan tertawa atau melawak. Humor bisa merupakan ungkapan yang mampu membuat orang lain tersentuh, tergugah, tercolek hatinya, dan beragam wujud rasa nano-nano yang membawa kegembiraan kecil. Setidaknya, dari deretan kalimat yang ditampilkan, ada bagian-bagian tertentu dari gaya tutur anda (tulisan)  yang membuat si pembaca jadi merasa..#eeh....kemudian diam-diam mengiyakan, tersentuh, tergugah, atau tersenyum sendiri. Bentuk dan kadar pengaruhnya tergantung persepsi si pembaca. Namun sebaiknya  jangan sampai tulisan membuat orang tersebut marah. Bikin orang marah merupakan humor yang paling buruk sedunia! Heu heu heu...
Menulis itu jangan terlalu serius. Berat buat pembaca. Biarkan humor anda menyertainya. Â
Tulisan ini kayaknya sudah panjang. Saya kok jadi nganu. Â Demi nganu, saya pamit dulu.