Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalau Produk Amerika Diboikot, Betapa Menjemukan Hidup Ini

22 Desember 2017   08:55 Diperbarui: 24 Februari 2018   01:01 1675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://3.bp.blogspot.com/-B-D2sCeLYTo/WAmlwoS1X2I/AAAAAAAACbo/DJk_PfIPtck_LO0xmQnzWuyLJsQY-5gzACLcB/s1600/logo-media-sosial-baru.jpg

"Apa yang ingin kau dapatkan ketika membuat tulisan-foto-filem di dunia maya?" Setiap pribadi penggiat dunia maya hampir pasti memiliki jawabannya. Namun tidak semua menjawab secara terbuka karena berbagai pertimbangan pribadi.

Jaman kini sungguh beruntung. Untuk menjadi terkenal dan "Go Public" relatif mudah. Media ada di tangan masing-masing melalui laptop dan smartphone--tentunya berikut pulsa internet. Ketika lagi pengen berselancar di dunia maya, bisa langsung beraksi, cling!...tulisan, dan rupa foto wajah bahkan filem diri sampai lah beredar ke penjuru dunia.

Beda dengan dulu, kalo mau "Go Publik" mesti lewat tipi atau koran dengan sistem yang selektif. Kalo tidak punya kelebihan mendatangkan uang bagi si tivi dan koran ndak bakalan bisa tampil. Orang yang punya kelebihan sekalipun mesti antri lama, kadang malah harus bayar mahal. Sekali masuk tipi dan koran, udah serasa jadi seleb. Padahal untuk jadi seleb mesti berulangkali tampil agar dikenal banyak orang. Kalau hanya sekali peluangnya relatif kecil jadi seleb. 

Bahkan dulu, bila dapat kesempatan  bernyanyi dalam vocal grup sekolah  di radio serasa sudah jadi seleb. Padahal yang tahu cuma  teman-teman, saudara dekat sementara pendengar umum tak pernah tau bijimana wajah para penyanyinya. Heu heu heu!

Kini untuk menjadi terkenal sangat mudah bagi setiap orang. Tetangga, kerabat atau kawan yang biasanya pendiam, kurang gaul, minder atau tampak 'Oon'bisa saja besok mendadak terkenal dan kaya-atau sebaliknya--karena ulah menarik dirinya di medsos. Tergantung kreativitas setiap orang membuat konsep diri dan disainnya saja--apakah mencitrakan orang baik-jahat, serius-kocak, aneh-biasa-biasa, bertalenta seni-atau tidak, dan lain-lain. Di dunia maya (medsos) itu tak hanya terbatas bagi yang punya jabatan dan kekayaan, melainkan orang awam pun bisa "menjadi seseorang dan mendaptkan sesuatu". 

Ketika media sudah berada di tangan, hal yang berperan adalah kreativitas, momentum dan keberuntungan. Ketiga hal itu terbuka bagi setiap orang tanpa pandang bulu. Media yang di tangan tersebut menjadikan hidup lebih berarti, memberi inspirasi dan semangat hidup.

Dulu ada Jojo dan Sinta, dua mahasiswi yang mendadak terkenal setelah meluncurkan produk hiburan yang mereka bikin sendiri kemudian menjadi viral di dunia maya. Mereka berdua menyanyikan lagu 'Keong Racun' dengan gaya kocak di Youtube. Suara kedua gadis itu sebenarnya biasa-biasa saja, bukan kelas penyanyi. Mereka "bernyanyi" pakai lagu orang lain yang sebelumnya sudah terkenal. Yang mereka "tampilkan" bukan suara, tapi gaya. Keberuntungan pun didapatkan. Gaya mereka di layar youtube mendapatkan momentum dari kehausan publik akan sesuatu yang unik, lucu, imut, seksi dan nggemesin. Entah apa lagi komponen "menarik" dari mereka, yang jelas kesatuan semua itu mendapatkan momentumnya di mata publik. Jadilah kedua gadis itu seleb dadakan, yang merembet pada bidang lain. Mereka jadi bintang iklan dan rekaman serta tampil di tivi yang sesungguhnya. 

Publik mungkin masih belum lupa banyak lahir politisi, religiuswan-religiswati, ustad-ustazah, penyanyi, pelawak, penghibur, anak-anak ajaib dan lain-lainya. Begitu juga isu-isu global, gerakan politik, gerakan sosial, syiar agama,  metode baru ilmu pengetahuan dan lain-lain yang mendadak terkenal dan mendapatkan ruang publik yang besar.

Hari ini 'Tahu' besok pagi berganti 'Tempe', mendadak siangnya menjadi 'Oncom'. Sungguh penuh kejutan. Kemarin seseorang yang dikenal baik-religius-insiratif-penuh puja-puji, hari ini mendadak dicerca dan menuai bully karena muncul bukti kebobrokannya di medsos --dunia maya. Beberapa bulan lalu tulisannya biasa-biasa saja, tapi sekarang jadi penulis hebat di Kompasiana karena tak henti bikin artikel yang baik dan menjadi viral di medsos. Begitulah dunia maya, dunia medsos, dunia antara mimpi dan kenyataan yang penuh harapan, kesempatan dan kejutan.

Medsos menghadirkan kontroversialitas paling banal di ruang publik, yang tak lepas dari muatan hiburan, informasi dan pembelajaran/edukasi, atau bahkan sebuah refleksi komunal. Bukan hanya itu, medsos bahkan bisa menjadi ladang untuk menghasilkan uang! Semua ini membuat Jaman Now menjadi menarik --penuh warna--sehingga hidup ini menjadi tidak membosankan.

Entah karena takdir, nubuat atau nasib, semua produk itu kebanyakan dari Amerika! Salahkan bangsa Amerika sebagai pioner peradaban dunia? Entahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun