Kerokan merupakan salah satu cara pengobatan tradisional dari para leluhur dari generasi ke generasi hingga sekarang. Kerokan identik dengan sakit "masuk angin"--yang sering tiba-tiba muncul karena faktor tertentu, misalnya terlambat makan, terkena hujan dan angin, terlalu lelah, habis begadang dan lain sebagainya. Selain itu kerokan juga identik dengan penyembuhan sakit kepala, mual, perut kembung, nyeri otot, meriang dan lain-lain.
Kerokan dapat dilakukan dimanapun tanpa mengeluarkan biaya. Biasanya seseorang bisa minta bantuan anggota keluarga terdekat, tetangga atau teman di lingkungannya. Kelengkapan yang digunakan sangat sederhana dan mudah di dapatkan yakni potongan bawang merah, ataupun potongan jahe, minyak, lotion atau balsem untuk melicinkan punggung atau bagian yang akan dikerok.
Generasi 'Zaman Old yang tinggal di perkotaan dan  umumnya masyarakat di pedesaan segala usia relatif lebih familiar dengan pengobatan kerokan dibandingkan generasi 'Zaman Now' perkotaan. Bagi masyarakat pedesaan, kerokan merupakan pengobatan yang murah, mudah dan manjur. Secara tersirat prinsip mereka bila kurang enak badan ; "DikitDikitJanganMinumObat".
Generasi Zaman Now yang tinggal diperkotaan relatif kurang familiar dengan kerokan. Mereka lebih tergantung pengobatan medis modern lewat rumah sakit, klinik atau dokter praktek yang relatif banyak di kota. Pertanyaannya, kenapa mereka tidak tertarik kerokan, padahal merupakan pengobatan yang murah, mudah dan manjur? Penyebabnya  ada beberapa faktor, yakni :
Pertama : kerokan dianggap pengobatan orang kampung sehingga timbul stigma 'ndeso', kampungan dan tidak menarik. Kalau ketahuan kerokan mereka jadi malu, apalagi bekas kerokan berwarna merah di tubuh nampak mencolok.
Kedua, orang tua mereka, para orang tua Zaman Now (mamah/papah muda) yang hidupnya relatif mapan tidak membiasakan kerokan dan juga tidak mengajarkan mereka kerokan saat terkena masuk angin. Mereka lebih memilih minum obat dokter, itu artinya berlawan dengan prinsip generasi Old "DikitDikitJanganMinumObat".
Ketiga, mereka tidak melihat alasan medis-logis kerokan bisa menyembuhkan masuk angin dan lain-lain. Padahal walau secara medis modern tidak mengenal penyakit "masuk angin", namun bukan berarti ilmu medis modern mengabaikan kerokan sebagai cara pengobatan. Mereka tidak tahu adanya penelitian ilmiah tentang manfaat kerokan.
Perbedaan cara padang ini perlu ada dijembatani  atau dicari solusinya sejak sekarang guna keberlanjutan budaya tradisonal kerokan dimasa depan. Perhatian perlu diberikan pada pemahaman  orang-orang  Zaman Now karena mereka lah  yang  dominan jadi pelaku kehidupan  masa kini dan masa depan.
Tidak familiarnya generasi Zaman Now bisa menyebabkan pengobatan tradisonal kerokan sebagai budaya hilang ditelan zaman. Bukan tidak mungkin kelak dunia barat mengambil ide kerokan untuk dikembangkan dan dipatenkan jadi milik mereka sebagai alterrnatif pengobatan modern--tentu saja dengan dukungan peralatan lebih canggih dan metode yang lebih terstruktur. Kemudian, hasil pengembangan barat itu "dijual" kembali ke Indonesia kemasan lain -- padahal  dulunya  bangsa kita lah 'pemiliknya'.  Kalau sudah begitu, yang rugi tentu kita juga.
Keberlanjutan cara pengobatan kerokan tergantung cara pandang dan kemauan generasi Zaman Now menjadikan kerokan sebagai bagian dari "gaya hidup' mereka menghadapi sakit ringan seperti masuk angin. Dalam diri mereka arus ada pemahaman  "DikitDikitJanganMinumObat". Untuk hal tersebut  sosialisasi kerokan harus lebih digalakkaan, disertai penjelasan medis-logis sehingga bisa diterima dalam rasionalitas mereka.
Hasil penelitian ilmiah tentang kerokan oleh Prof. Dr. dr. Didik Gunawan Tamtomo---seorang dokter dan ilmuwan perlu diapresiasi, dikembangkan, disosialisasikan  ke ranah populis agar bisa dipahami masyarakat khususnya generasi 'Zaman Now'. Beberapa point hasil penelitiannya dapat dipahami secara mudah, yakni ;
Pertama : Kerokan tidak merusak kulit. Tidak menyebabkan pembuluh darah rusak/pecah melainkan hanya melebar. Kerokan justru membuat aliran darah lancar dan pasokan oksigen dalam darah bertambah. Kulit ari juga terlepas seperti halnya saat luluran. Hal  ini menepis anggapan umum bahwa kerokan dapat merusak kulit.
Kedua : Â Kerokan mampu memicu produksi endorfin pada tubuh sehingga dapat membuat orang yang dikerok merasa nyaman, membuat tubuh segar dan secara psikologis jadi bersemangat.
Ketiga : Kerokan mampu menurunkan tekanan darah, membuat nyeri otot berkurang, mengatur sekresi asam lambung, suhu tubuh, dan memengaruhi kerja sejumlah hormon karena menurunnya kadar Prostaglandin oleh kerokan.
Keempat : Â Secara sosial budaya, kerokan bisa mempererat relasi dengan orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dan kerabat. Tentunya hal ini sesuatu yang positif dalam budaya kekeluargaan Indonesia yang khas
BalsemLang dan Kerokan sebagai Gaya Hidup
Hampir tidak ada generasi 'Zaman Now' yang tidak memiliki smartphone. Mereka sangat dekat aktivitas dunia medsos dan interaksi di grup-grup komunitas sebagai bagian dari life style (gaya hidup). Hal tersebut menjadikan mereka berpotensi sebagai penggerak trend setter dunia masa kini. Dari sinilah 'Kampanye  Kerokan' bisa dilakukan secara masif dan populis.
Beruntunglang sekarang ada Balsem Lang, sebuah produk farmasi modern yang dibuat PT Eagle Indo Pharma. Balsem Lang merupakan suatu bukti nyata kepedulian PT Eagle Indo Farma pada keberlanjutan budaya pengobatan tradisional. Balsem Lang jadi penanda bahwa Kerokan kini bukanlah 'kampungan' atau 'ndeso'.
Pembuatan Balsem Lang untuk kerokan telah melalui hasil penelitian medis dan peralatan modern. Hasilnya memudahkan kerokan dan tanpa efek samping. Prinsip kerokan yang murah, mudah dan manjur tetap berlaku pada Balsem Lang. Harga Balsem Lang terjangkau kantong, mudah didapatkan dimanapun, dan khasiatnya terasa lebih daripada bahan-bahan tradisional sebelumnya karena kandungan Balsem Lang sudah diatur untuk pencapaian khasiat maksimal.
Kehadiran BalsemLang mampu memperkuat Kerokanisme ditengah masyarakat bahwa "DikitDikitJanganMinumObat" --- khususnya di komunitas kaum muda Zaman Now. Kepraktisan BalsemLang, desain kemasan, kemujaraban dan bahkan aroma Balsem Lang tersebut menyesuaikan  kebutuhan dan situasi kekinian sehingga bisa menjadi teman setia kaum generasi Zaman Now didalam aktivitas kekinian mereka.
Mereka juga bangga menunjukkan tatto yang terlukis  dibagian tubuh. Semua itu mereka tunjukkan dengan penuh canda kepada teman-teman. Kini saatnya generasi Jaman Now tidak malu menunjukaan hasil kerokan ditubuh sebagai sebuah tren baru. Kalau tatto bisa, tentu goresan kerokan juga bisa!Â
Tambahkan hastagpada foto kerokan misalnya ; #KerennyaKerokanGue, #GuePenganutKerokanisme, #DikitDikitJanganMinumObat,#KucintaBalsemLangdanKerokan,#GuePartaiKerokanisme, #JagoanKerokan, #AilopKerokan, dan banyak lagi hastag menarik dan lucu untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada teman dan kerabat bahwa anda-- generasi  Zaman Now mau kerokan dan paham  "DikitDikitJanganMinumObat".
Dengan adanya penjelasan ilmiah bersama Balsem Lang kini saatnya masyarakat luas seluruh generasi, baik di pedesaan dan di perkotaan tak perlu ragu untuk kerokan menggunakan Balsem Langyang lebih praktis dan modern. Khusus untuk kaum muda, sudah bukan jamannya lagi malu kerokan, justru harus malu kalau "DikitDikitJanganMinumObat". Kerokan selain sebagai bentuk cinta pada tradisi leluhur, pengobatan praktis dan mudah, juga bisa menjadi materi  postingan unik di media sosial.  Anak Zaman Now tak pernah surut terima tantangan. Kerokan Oke!
-------
Pebrianov26/11/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H