Tiang lampu bukanlah siapa-siapa. Bukan pula apa-apa. Tapi kemudian menjadi apa dan siapa. Tanpa sebelumnya memberi kode, sosok terkenal di negeri ini menyeruduknya. Konon sosok terkenal itu jadi benjol sebesar bakpao. Sementara tiang listrik tetap tegar, namun jadi terkenal.
Begitulah nasib hidup pada tiang lampu. Sosoknya tampak angkuh. Dia hanyalah 'fakir kelon' yang kedinginan tengah malam tapi tak pelit memberi terang.
Menurut faham serudukisme, kalau diseruduk berarti penderitaan. Kemalangan. Sial. Tapi kali ini tidak bagi nasib tiang lampu. Dia justru jadi terkenal. Semua orang di negeri ini---bahkan dunia membicarakannya. Soal pro atau kontra itu soal lain, yang penting terkenal.
Tiap hari tertayang di televis, dari pagi sampai tengah malam. Jadi idola emak-emak dan kids jaman now serta jadi insipirasi karier para bapaks yang ingin lekas kaya dan masyhur. Para pemuka agama mengundangya untuk ceramah religi. Para aktivis lingkungan dan hak hasasi tiang menjadikannya simbol pemberdayaan. Para kaum pintar perguruan tinggi menjadikannya obyek penelitian segala disiplin ilmu untuk mendapatkan hak paten intelektual. Pendek kata, kamasyuran tiang lampu mencapai ruang angkasa. Buah manggis sampai tersipu-sipu malu tak mengira pencapaian nasib baik tiang lampu.
Lalu siapa akhirnya yang menikmati keseluruhan keterkenalan Tiang Lampu?
Ada satu kelompok yang memetakan eksistensinya ditengah masyarakat. Tiang lampu terlihat seksi, dan bikin horny, tapi mereka tidak menyeruduknya karena itu tidak sopan, melainkan memeluk tiang lampu itu secara sopan, penuh cinta dan bujuk rayu. Siapa mereka? Partai politik!
Tiang lampu pun masuk dunia politik. Dia dijadikan kader handal pendulang suara publik. Kariernya menanjak jadi elit Partai Bakpao setelah sebelumnya partai Benjol (saingan abadi partai Bakpao) gagal mengambil hati Tiang Lampu. Kini Tiang Lampu telah jadi gubernur wilayah terbesar dan terkenal. Dia penuh ambisi dan merupakan calon kuat presiden. Tanpa terasa masyarakat telah dipimpin oleh Tiang Lampu. Sebagian lupa awal mula Tiang Lampu muncul ke ruang publik. Mereka hanya terpaku pada suasana keterkenalan Tiang Lampu lewat media. Lalu, apakah sebagai pemimpin dia disenangi warganya?Â
 "Elu tuh, bisa aja! Emangnya siapa lu nulis-nuli nasib Tiang Lampu? Belagu luh!"
"Hehe...gue cuma KTP ndak pake E. Emang kenapa?"
"Trus..darimana lu tau nasib Tiang Lampu?":
"Dari tebak-tebak buah manggis"
"Emang lu pernah liat buang manggis?"
"Belum. Gue cuma liat di mbah Google"
Hidup itu misteri. Aneh, seringkali tak terduga. Sama halnya hari esok tak dapat dilihat pada hari ini. Anda hanya bisa tebak-tebak buah manggis. Itupun bagi yang pernah lihat buah manggis. Kalau tidak pernah maka cukuplah melihatnya dari mbah Google sambil komat-kamit.
Siapa pun boleh meniru Tiang Lampu itu. Berdiri saja tiap malam di tepi jalan sambil berharap diseruduk orang terkenal untuk menjadi terkenal. Kalau pakai tebak-tebak buah manggis, palinglah anda akan digaruk satpol PP. Tapi, siapa tahu nasib di Jaman Now?
-------