Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiang Lampu dan Balada Simbol Hidup Tak Terduga

18 November 2017   10:44 Diperbarui: 18 November 2017   11:45 1699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : http://www.saibumi.com/img_artikel/31penerangan-jalan-umum.jpg

Tiang lampu bukanlah siapa-siapa. Bukan pula apa-apa. Tapi kemudian menjadi apa dan siapa. Tanpa sebelumnya memberi kode, sosok terkenal di negeri ini menyeruduknya. Konon sosok terkenal itu jadi benjol sebesar bakpao. Sementara tiang listrik tetap tegar, namun jadi terkenal.

Begitulah nasib hidup pada tiang lampu. Sosoknya tampak angkuh. Dia hanyalah 'fakir kelon' yang kedinginan tengah malam tapi tak pelit memberi terang.

Menurut faham serudukisme, kalau diseruduk berarti penderitaan. Kemalangan. Sial. Tapi kali ini tidak bagi nasib tiang lampu. Dia justru jadi terkenal. Semua orang di negeri ini---bahkan dunia membicarakannya. Soal pro atau kontra itu soal lain, yang penting terkenal.

sumber gambar : http://cdn2.tstatic.net/jogja/foto/bank/images/meme-tiang-listrik_20171117_112543.jpg
sumber gambar : http://cdn2.tstatic.net/jogja/foto/bank/images/meme-tiang-listrik_20171117_112543.jpg
Sejak diseruduk, kini nama tiang lampu jadi idola walau tak jelas dimana letak kutub magnet pesonanya. Banyak pihak ingin memanfaatkan keterkenalannya. Beragam media mewawancarainya. Tiang lampu diundang ke stasiun televisi untuk acara talkshow. Para penerbit mayor berlomba membuat buku matovasi-melankolis-sentimentil tentang tiang lampu. Beragam produsen produk industri mengontraknya sebagai bintang iklan. Banyak production house menjadikannya bintang sinetron.

Tiap hari tertayang di televis, dari pagi sampai tengah malam. Jadi idola emak-emak dan kids jaman now serta jadi insipirasi karier para bapaks yang ingin lekas kaya dan masyhur. Para pemuka agama mengundangya untuk ceramah religi. Para aktivis lingkungan dan hak hasasi tiang menjadikannya simbol pemberdayaan. Para kaum pintar perguruan tinggi menjadikannya obyek penelitian segala disiplin ilmu untuk mendapatkan hak paten intelektual. Pendek kata, kamasyuran tiang lampu mencapai ruang angkasa. Buah manggis sampai tersipu-sipu malu tak mengira pencapaian nasib baik tiang lampu.

Lalu siapa akhirnya yang menikmati keseluruhan keterkenalan Tiang Lampu?

Ada satu kelompok yang memetakan eksistensinya ditengah masyarakat. Tiang lampu terlihat seksi, dan bikin horny, tapi mereka tidak menyeruduknya karena itu tidak sopan, melainkan memeluk tiang lampu itu secara sopan, penuh cinta dan bujuk rayu. Siapa mereka? Partai politik!

Tiang lampu pun masuk dunia politik. Dia dijadikan kader handal pendulang suara publik. Kariernya menanjak jadi elit Partai Bakpao setelah sebelumnya partai Benjol (saingan abadi partai Bakpao) gagal mengambil hati Tiang Lampu. Kini Tiang Lampu telah jadi gubernur wilayah terbesar dan terkenal. Dia penuh ambisi dan merupakan calon kuat presiden. Tanpa terasa masyarakat telah dipimpin oleh Tiang Lampu. Sebagian lupa awal mula Tiang Lampu muncul ke ruang publik. Mereka hanya terpaku pada suasana keterkenalan Tiang Lampu lewat media. Lalu, apakah sebagai pemimpin dia disenangi warganya? 

 "Elu tuh, bisa aja! Emangnya siapa lu nulis-nuli nasib Tiang Lampu? Belagu luh!"

"Hehe...gue cuma KTP ndak pake E. Emang kenapa?"

"Trus..darimana lu tau nasib Tiang Lampu?":

"Dari tebak-tebak buah manggis"

"Emang lu pernah liat buang manggis?"

"Belum. Gue cuma liat di mbah Google"

Hidup itu misteri. Aneh, seringkali tak terduga. Sama halnya hari esok tak dapat dilihat pada hari ini. Anda hanya bisa tebak-tebak buah manggis. Itupun bagi yang pernah lihat buah manggis. Kalau tidak pernah maka cukuplah melihatnya dari mbah Google sambil komat-kamit.

Siapa pun boleh meniru Tiang Lampu itu. Berdiri saja tiap malam di tepi jalan sambil berharap diseruduk orang terkenal untuk menjadi terkenal. Kalau pakai tebak-tebak buah manggis, palinglah anda akan digaruk satpol PP. Tapi, siapa tahu nasib di Jaman Now?

-------

Pebrianov 18/11/2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun