Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penjara di Rumah Sakit

28 September 2017   06:20 Diperbarui: 28 September 2017   08:15 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi di rumah sakit. sumber gambar: news.abs-cbn.com

Bapak yang terhormat, sebaiknya bapak tinggal di penjara. Nanti akan kami antar beramai-ramai sebagai wujud senang kami atas kehormatan bapak berada di sana. Kami sangat bangga melihat  bapak melenggang gagah dan sportif laksana atlet tangguh ke gedung megah itu. 

Bapak tak usah kuatir, disana bapak dapat makan dan tidur gratis tanpa lelah bekerja. Bapak tak usah berpikir keras karena semua sudah ada yang mengurusnya. Bapak cukup mengikuti suasana layaknya dahulu hidup di kampung.  Pagi olahraga atau menyiram tanaman, sesekali kerja bakti. Siang bisa tidur sepuasnya, dan kalau sore bapak bisa santai bersama banyak kawan di sana. Kalau malam bapak bisa menulis kisah bapak sehari-hari. Pada hari 17 Agustusan bapak bisa ikut lomba balap karung atau panjat pinang. Suasana sangat akrab dan meriah.

Bapak tidak usah kuatir meninggalkan tugas-tugas formil karena sudah ada yang menggantikan. Rakyat sudah pandai mengurus diri sendiri. Semua itu cukup bapak pantau lewat televis bersama teman-teman sambil bercerita masa lalu yang manis. 

Bapak tidak akan dikejar-kejar jadwal seremonial yang membosankan dan bikin ngantuk. Tak ada rapat ini-itu yang buang waktu. Tak perlu bapak berdebar di panggung saat memberi kata sambutan. Tak perlu sembunyi-sembunyi dari kejaran wartawan yang seringkali tak tahu waktu dan mood bapak.

Sungguh pak, disana bapak akan mendapatkan kebebasan sebagai manusia. Bapak lah yang menentukan hidup bapak, bukan agenda, wartawan, konstituen, pengurus partai, pengawal, dan lain sebagainya yang membuat waktu bapak semakin sedikit bersama keluarga dan teman untuk ngobrol dan bercanda , serta orang-orang kecil yang bisa mengingatkan masa kecil dan saat bujangan dahulu. Sungguh tempat yang romantis, bukan?

Kami mohon pertimbangkanlah pilihan Bapak menetap di rumah sakit. Disana kebebasan bapak dirampas. Hanya boleh berada di tempat tidur. Tubuh bapak diikat selang dan  peralatan yang nama dan fungsinya tak bapak pahami. Disana tak ada teman-teman ngobrol bebas seperti di penjara. Sekali saja bapak tertawa kencang maka mata suster akan membelalak, menegur bapak secara ketus karena dianggap menggangu tidur pasien sebelah.

Pak, di rumah sakit itu tidak enak. Status bapak adalah orang sakit. Dimana-mana yang bapak temui adalah orang sakit. Berjalan sedikit di selasar terasa bau obat kimia. Belum lagi tiba-tiba lewat jenazah beserta rombongan keluarga yang menangis. Bapak akan dibuat sedih terus, padahal kegembiraanlah yang selama ini bikin bapak sehat dan gagah.

Kami tidak tega bapak dipenjara oleh rumah sakit. Karena kami tahu benar, bapak butuh kebebasan bergerak dan berekspresi dengan beragam hobi bapak selama ini. Jangan mau dipenjarakan oleh rumah sakit. Tempat itu sangat tidak cocok bagi pesona yang sering bapak tebar ke banyak orang.

---- 

Peb28/09/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun