Kata orang, nama bapakku ada dalam list
Oleh malam bapak digelandang dan ditendang orang-orang berbadan tegap
Warna seragamnya mirip dedaunan pohon melinjo di halaman rumah
Emak terkejut. Pucat tanpa kata. Botol susu adik hampir jatuh dari tangannya
Aku menangis. Terguncang. Pensil sekolahku tetap tergenggam
Saat itu hanya lampu teplok meja belajarku tetap tenang pantulkan bayangan
Sempat kudengar satu letusan
dan sekejap bunyi deru truk besar di depan rumah
Kuintip dibalik jendela, bapak tak ada
Hanya terlihat samar genangan darah di halaman
Oleh malam, bapak tak pernah lagi pulang
Siang berganti tak sekali pun pak pos mengantar kabar
Disekolah aku mendengar guru ajarkan sejarah
Katanya PKI itu kejam
Aku ingin bertanya siapa yang lebih kejam dari PKI?
Tapi aku takut tak boleh lagi bersekolah
Aku ingin lulus dan bantu emak
Di sekolah aku merenung, hadir lagi bapakku digelandang seperti anjing pak Mijan
Diseret dan dipukul, dikira memangsa ayam orang kampung
Kutahu kemudian anjing itu tak pernah kembali ke kolong rumah tempat anak-anaknya berkumpul
Kata orang, nama bapakku ada dalam list
Tapi mengapa  harus diseret seperti anjing?
Yang kutahu bapak tak pernah memukul anjing
Kata bapak itu dosa
Anjing juga mahluk ciptaan Tuhan
Oleh malam, bapak tak pernah lagi kembali
Tapi aku tak pernah membenci malam-malamku sampai saat ini
Aku percaya malam sekarang tak menanggung dosa malam dahulu
Karena aku ingat kata bapak
Aku tak boleh benci kakek yang meninggalkan nenek saat bapak masih kecil
----
Peb/Sep2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H