Mengantuk bukan semata-mata penyebab utama menguap. Mengantuk bisa juga kurangnya gerak tubuh. Terjadinya mengantuk lebih disebabkan otak kekurangan oksigen karena terlalu banyak makan sehingga tubuh terkonsentrasi tubuh mengurai makanan. Proses penguraian itu bisa membutuhkan oksigen yang banyak sehingga pasokan ke otak jadi berkurang. Akibatnya orang akan menguap secara terus menerus.
Agar tidak menguap, hendaknya kurangi makanan berlebih agar tidak perut penuh. Lalu bagaimana dengan orang yang lapar tetap saja mengantuk dan menguap? Tentu ini bukan karena perut penuh makanan, namun ada penyebab lain sehingga pasokan oksigen ke otak berkurang. Apakah mungkin karena si lapar terlalu banyak mikir makanan sehingga otak lupa dipasok oksigen? Hahahah! Just a joke.
Menguap Petanda Penyakit
Bila orang terlalu sering menguap, misalnya dalam 1 menit menguap 4 sampai 5 kali maka itu petanda ada yang tidak beres pada kesehatan tubuh.
Menurut Prof. DR. Dr. Moh. Hasan Machfoed, Sp.S(K), MS, spesialis saraf dari RS Dr. Soetomo Surabaya ; "Ada beberapa hal yang terjadi ketika menguap. Rahang yang terbuka dan memungkinkan menghirup napas panjang. Hal ini, meski sesaat, menciptakan tekanan besar di paru-paru. Sebagian besar gangguan yang berhubungan dengan menguap berasal dari sistem saraf pusat, yakni epilepsi, radang otak, atau tumor otak. Menguap juga menjadi tanda dari reaksi vasovagal. Bisa juga menjadi tanda kecemasan atau rasa bosan".
Sering menguap juga bisa dikarenakan kondisi kelelahan yang teramat sangat. Kelelahan ternyata bisa juga berhubungan dengan adanya infeksi saluran kencing, akibat kontaminasi bakteri Escherichia coli. Bila Anda Sering menguap melebihi Batas normal, cobalah memeriksakan urin ke dokter. Siapa tahu mengalami UTI (urinary tract infection).
Menguap Ternyata bisa menular!
Menurut penelitian Steven Platek, PhD, psikolog dari State University of New York di Albania, orang yang menguap bisa menularkanya kepada orang terdekat yang melihat dia menguap. Anehnya, bahkan bila kita menonton orang yang menguap di televisi pun bisa tertular! Selain itu juga mendengarkan, membaca, atau bahkan berpikir tentang menguap ! Hal itu disebut respons empatetik Artinya, menguap menjadi cara dalam menunjukkan empati kita terhadap perasaan orang lain. Nah, lhoo...
Pesona Menguap, Hooaaam!
Dari kerangan ahli tersebut bisa ditarik beberapa point, pertama ; setiap orang berpotensi menjadi penyebab penularan menguap, sekaligus rentan tertulari "gangguan" menguap. Untuk itu, aksi atau gaya menguap kita hendaknya sejak awal dilokalisir secara privat saja agar tak terlihat atau terdengar orang lain. Ini bukan semata masalah etika, tapi terkait "kenyamanan orang lain".
Cara yang lazim dilakukan adalah menutup wajah, atau menundukkan muka sehingga secara visual dan audio tidak bisa dilihat atau dinikmati orang lain. Untuk urusan menguap anda harus tega menjadi orang pelit, yakni jangan mudah memberikan pesona gaya menguap anda ke orang lain. Jargon pergaulan "indahnya berbagi" tidak berlaku untuk aksi menguap. Suer! Heu heu heu...
Setelah membaca hal-hal terkait menguap itu, kembali saya ingat di ruang seminar tadi. "Jangan-jangan si penguap di dekat si penanya itu orangnya memang baik hati dan suka menabung. Jadi, dia suka berbagi demi keindahan. Dan dia tidak pelit berbagi pesona menguapnya pada saya. Cilakanya, saya bukannya bertambah kaya akan pesona tapi justru kehilangan sekian persen pesona saya di depan audience. Hadeuuh ! heu heu heu...