[caption caption="sumber gambar ; http://img.eramuslim.com/media/2015/12/Setya-Novanto_Jokowi.jpg"][/caption]
Setya Novanto (Setnov) yang pernah mengundurkan dari Ketua DPR-RI diri akibat didera isu 'Papa Minta Saham' Freeport kini dicalonkan kembali jadi Ketua DPR-RI oleh partai Golkar. Kursi yang dahulu terpaksa kini dia berikan pada Ade Komarudin.
Keputusan ini tentu mengagetkan banyak pihak. Terutama masyarakat awam yang 'tahunya Setnov' pelaku utama skandal 'Papa Minta Saham'. Skandal itu sangat memalukan secara kelembagaan tinggi negara (DPR), mencederai etika politik, dan rasa keadilan dan pikiran sehat masyarakat terhadap DPR sebagai wakil mereka.
Namun secara hukum, Setnov tidap penah dinyatakan bersalah. Tidak ada bukti yang bisa menyeretnya ke sangsi hukum. Mahkamah Konstitusi (MK) telah memutuskannya, hal ini diperkuat dengan keputusan Mahkamah Kehormatan Dewan DPR RI yang tidak pernah menjatuhi hukuman untuk Setya Novanto.
Untuk kembali pada kursi DPR, Setnov (dan Golkar) berpegang pada keputusan hukum, bukan pada opini masyarakat yang dianggap absurd.
Manuver politik Setnov memang hebat. Ibarat pemain bola, dia sangat visioner dan menjadi dirigen tim. Dia tahu kapan harus menyerang (attack), kapan harus 'hanya' menekan dengan memainkan bola dari kaki ke kaki (possesion football), kapan harus bertahan (defend) dan melakukan serangan balik (counter attack). Ini hanya bisa dilakukan oleh pemain cerdas, bermental juara, berjiwa pemimpin dan punya visi terhadap permainan. Pemain yang menguasai detail lapangan 'inci demi inci', cepat dalam kalkulasi di lapangan dan menguasai situasi di time line pertandingan/ kompetisi.
Sebagai mahluk politik yang pengalaman, upaya 'comeback' Setnov memuat hal yang multi dimensi. Dia paham, tak semua orang politik didalam partainya adalah kawan, demikian juga tak semua orang politik diluar partainya adalah lawan.
Dari hal tersebutlah Setnov melakukan  'Penguasan Bola' dengan keyakinan diri yang tingi. Dia tahu akan diapakan bola itu untuk menjaga permainan,  serta memperkuat eksistensi diri dan tim (kelompoknya).
Usai terpilih jadi ketua Partai Golkar disaat nama baiknya belum pulih oleh issue skandal 'Papa Minta Saham', Setnov melakukan manuver. Dia penetrasi ke jantung permainan, bukan untuk menyerang melainkan mempertontonkan kepiawainnya menguasai bola. Dia secara total mengalihkan arah politik Golkar untuk mendukung Jokowi sebagai presiden. Lebih ekstrim lagi, gerbong Golkar sejak dini telah memutuskan mendukung Jokowi sebagai Presiden untuk kedua kali.
Manuver Setnov ini mencengangkan banyak pihak. Beragam mahluk politik dari berbagai warna politik dibuat terpana. Publik pun terkesima. Apa maksud dan tujuan Setnov? Timbul berbagai spekulasi-yang merupakan hal lumrah didalam dinamika politik. Namun juga menjadi tidak lumrah mengingat bahwa tercipta 'pertemanan mendadak' Setnov dengan Jokowi, sementara belum lama berlalu nama Jokowi 'dijual' Setnov untuk 'mendapatkan saham' Freeport. Jokowi adalah korban dari isu skandal 'Papa Minta Saham' oleh Setnov yang memalukan itu. Saham yang nominalnya tidak sedikit, bisa untuk beli celana bagi seluruh rakyat Indonesia, lho...heu heu heu..!
Manuver Setnov ini Anomali Politik di dalam sejarah kepemimpinan Golkar. Tapi bagi Setnov itu bukan penghalang. Apa pun namanya, yang penting manuver politiknya menempatkan dirinya tetap sebagai penguasa bola di permainan cantik walau dengan pressure tinggi.