Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kebenaran di Panggung Diam

25 Oktober 2016   01:21 Diperbarui: 25 Oktober 2016   02:17 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar : http://67.media.tumblr.com/49c947eca89fad07169cd241c711fda7/tumblr_ny0p2iNJDT1qah12po1_500.jpg"][/caption]

Kebenaran mengikuti fakta dari panggung diam.
Mungkin hanya pengecut yang melakukannya. Tak apa, pengecut pun berhak hidup untuk dirinya, sambil dia memuliakan diri bagi segenap orang yang terpanggil.

Kebenaran tahu langkah fakta yang tak bersuara, tapi aromanya menarik sumbu naluri keilahian. Di situlah kemudian aku mentahbisakan diri jadi raja bagi benakku.

Aku jadi manusia pembelajar. Tunduk melihat kebenaran. Kupastikan ia selalu ada di dinding dalam kelopak mataku walau tertutup.

Pintu kelopak yang membuka sering membuatku silau, atau tertempel sampah agitasi di lensa mata. Aku tak ingin pantulan hadirnya cahaya kebenaran membias. Jauh dari titik fokus kelilahian.

Kini yang tak kumengerti adalah putaran waktu. Pernah kuikuti setiap detak jarum jam, tapi aku ditenggelamkannya pada liminalitas kekaguman kebenaran semu. Aku jadi meriang. Ingin pulang. Tapi tak satu pun moda waktu yang berbalik arah.

Kini aku di panggung diam. Tak perduli waktu. Menjaga dan menjadi saksi kebenaran, walau teriakan tentang kekonyolan mendera. Tapi aku tak malu menyatakan 'Ikutlah aku...'

--------
Peb24/10/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun