Laga kedua Timnas U19 dimenangkan Thailand dengan skor 3 : 2. Kalah atau menang itu hal biasa. Yang tidak biasa adalah bagaimana proses menang dan kalah terjadi. Hal yang Tidak Biasa inilah yang terjadi bagi kedua tim dalam laga yang diguyur hujan di setengah babak permainan.
Babak pertama hujan turun deras. Lapangan pun tergenang. Kedua tim bermain diluar kebiasaannya karena menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan. Pada situasi inilah Garuda Muda (Timnas U19 Indonesia)  mendapatkan keuntungan. Mereka mampu membangun tren positif  bagi permainan timnya dengan hasil 2 gol tercetak di gawang Thailand.
Sepanjang setengah babak pertama ini, permainan dibawah kendali Timnas U19 Indonesia. Mereka bermain dengan cepat dan bisa mengurung timnas Thailand yang terkenal cepat. Timnas kita jauh lebih cepat dibanding Thailand. Walau laju bola sedikit terhambat oleh genangan air tak membuat skuat Garuda Muda terhambat melakukan tekanan ke semua lini Thailand. Pada situasi itu, secara psikologis Indonesia sudah mengalahkan Thailand.Â
Permainan awal Tim Thailand nampak masih kacau dan kagok dengan penampilan penuh tenaga dan bersemangat dari Garuda Muda. Situasi ini yang membuat Thailand melakukan dua blunder besar di jantung pertahanannya sendiri. Akibatnya, pada menit ke 15 dan 16 mereka kebobolan dua gol akibat hukuman pinalti dari pelanggaran pemain mereka sendiri. Â Eksekutor Garuda Muda adalah Dimas Drajad, pemain senior dalam tim.
Babak pertama berakhir 2 : 1 untuk keunggulan Garuda Muda. Keunggulan babak pertama dan mendapatkan dua gol cepat  itu sejatinya harus mampu membangun Tren positif bagi jalannya pertandingan sampai selesai. Namun kenyataan bisa berubah cepat pula. Tren positif Garuda Muda hanya dimiliki sampai babak pertama saja. Memasuki babak kedua hujan mulai reda, dan lapangan mulai relatif mengering. Tidak banyak lagi genangan air. Entah faktor hujan dan genangan air itu ada pengaruhnya atau tidak, permainan Garuda Muda berubah total.Â
Jalannya babak kedua milik Thailand. Sementara Garuda Muda seperti kumpulan  ikan kekurangan air. Mereka megap-megap di telaga surut. Semua pemain berusaha mencari jalan hidupnya sendiri. Kordinasi kacau ketika mendapatkan tekanan besar dari para pemain Thailand yang justru berubah segar tanpa hujan.
Garuda Muda  kemudian kembali sadar diri sebagai pemilik pertama tren positif. Mereka pun bangkit pada 5 menit terakhir jelang usai pertandingan. Garuda Muda mulai berbenah diri, dan mengurung  pemain Thailand untuk merebut tren positif yang dirampas. Namun lima menit itu ternyata itu tidaklah cukup.
Tren adalah sebuah konsistensi dan dibatasi waktu.  Ketika diujung batas waktu tren sudah  dimiliki  Thailand sampai waktu berakhir, maka Thailand yang memenangkan pertempuran.  Mereka menang karena mampu bangkit dan bisa mempertahankan tren sampai batas waktu berkahir.  Dunia sekalipun tidak akan ingat siapa pemilik awal tren positif.  Itulah yang terjadi pada Garuda Muda.
Selamat untuk Thailand, dan jangan berkecil hati untuk Garuda Muda. Masih ada tiga pertandingan lagi untuk membangun tren positif sampain  akhir laga agar dunia tak lupa.
Salam Sepakbola Nasional ! Nantikan pertandingan ke tiga tanggal 16 September melawan Australia