Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kemana Bapak Pertiwi Pergi?

17 Agustus 2016   03:05 Diperbarui: 17 Agustus 2016   03:46 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: evend.id

Sudah lama ini bagai misteri
Kukira ada tembok keengganan tanya
Tentang ibu sering menangis karena luka
Kala raganya digores perilaku anak negeri
 
Tadinya aku lama terdiam di beranda
Kemudian berjalan ke lapangan terbuka
Menatap hamparan langit biru dan hijau persada
Mengukur cakrawala dengan kekinian jiwa
  
Pada tiang di depan aku pun berhenti
Kuperhatikan pucuknya ada kibaran kain merah putih penuh janji
Kuterima bayangannya untuk berteduh hati
Kusimak suara kepaknya agar tetap bersadar diri
 
Kepadanya kukatakan
Kami adalah bagian dari anak negeri
Yang dititahkan ibu pertiwi ke dalam darah dan jiwa kami
Untuk merawat tubuh yang semakin menua
Untuk menjaga jiwa-jiwa di tengah diaspora
 
Ibu sudah katakan kami generasi merdeka
Dan kini ijinkan aku berani tanya
Saat ibu pertiwi lara didera segelintir anak negeri
Kemana bapak pertiwi pergi?
 
----------

17Agustus2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun