Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berdamai dengan Kata Cukup

12 Agustus 2016   11:13 Diperbarui: 12 Agustus 2016   13:28 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : http://2.bp.blogspot.com/-nEy56t4zt78/UzvuaOcnDoI/AAAAAAAAAxY/FlEzTy96ct4/s1600/menangis+tdk+lemah.jpg

Kata Cukup acapkali datang dan mencumbu, namun ketika dalam buaian, sebenarnya aku tak memahaminya secara utuh

Aku sering dibuatnya menjadi orang bersalah
Ketika kata janji yang pernah terucap harus ditelan kembali
Berasa pahit !

Kadang ia seperti air yang mengalir tenang, namun tak segan merembes ketika lalai melubangi wadah hasrat

Sesekali kata Cukup terlihat seperti gumpalan  kapas randu
Ditampilkannya wujud diri yang utuh
Warna putih bersih
Menawarkan rasa nyaman
Tapi ia pun bisa mendadak tak setia ketika tertiup kehendak ambisi

Kata Cukup telah jadi sosok relativitas yang menggemaskan
Bukan hanya sekali kutinggalkan, tapi kemudian  nurani memanggil-manggilnya tanpa henti saat aku bermegah diri

Aku jadi benci kata Cukup, walau diam-diam memujanya
Aku berharap suatu waktu mampu membawa rasa benci itu keluar dari bilik hati, agar nurani tak gelisah di singgasananya
Kemudian kuulurkan persahabatan di tengah rimba rayu yang menawan tapi tak segan-segan bertindak kejam
Bersamanya akan kucipta tata waktu dan teritori hasrat menurut kehendak alam bijak

Tahukan kau kapan kata Cukup punya waktu lenggang?

Aku mau bicara dengannya di kedalaman rasa dan logika
Akan kukabarkan tentang cerita kesia-siaan saat aku menelikungnya dibalik panggung harga diri dan emosi
Aku berharap Cukup mau menahanku lama di ruangnya, tempat yang tak pernah kumasuki dengan tekad
Disitulah rasa benci itu diam-diam akan kubunuh...

------

12/08/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun