Saya adalah kambing. Sampai saat ini tetap kambing sesuai komitmen awal sebagai kambing. Biarpun kambing, tapi saya tidak mau berpindah menjadi banteng, elang, tikus, pohon beringin, matahari, apalagi jadi kecoa. Saya jaga gengsi. Saya tidak mau melanggar marwah kekambingan saya.
Habitat asli saya di kandang kambing atau di padang rumput bersama gembala kambing, bukan di politik. Tetapi entah kenapa om-om politik suka sekali ngajak saya ke habitatnya. Lucunya, mereka berniat membedakin saya jadi kontestan politik. Herannya, mereka tidak malu! Apakah mereka sudah tidak mampu ereksi sehingga mengajak saya masuk politik?
Tentu saja sebagai kambing, saya tertawa ala kambing. Begitu pragmatis dan kacaunya cara berpikir om-om politik. Mereka kalau bingung lebih oon dari kambing oon. Percuma dong berbekal pengalaman politik yang hebat kalau ujung-ujungnya menyodorkan saya jadi gubernur. Apa kata admin Kompasiana nanti? Saya kan bisa tersipu malu.
Saat ini saya sedang mengajukan Uji Materi ke MK (Mahkamah Kambing) agar bedak untuk saya diberikan saja kepada om-om politik yang mencoba membawa saya ke habitat politik. Jadi secara undang-undang mereka harus berbedak. Kalau tidak mau, maka secara undang-undang para om-om politik itu harus diubah jadi Kambing. Dengan begitu, saya sebagai kambing bisa sah mengajarkan mereka berpolitik yang benar ala Kambing. Ingat! Saya komit di habitat saya saja, bukan habitat manusia. Paham?Â
Pebrianov
(Kompasianer yang Berubah jadi Kambing)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H