Aku,
Menggeliat dililit bara amarah.
Bara itu menggelinding cepat tanpa perduli pijakan elevasi. Menyentuh mata kaki. Menyusup ke setiap sendi. Mengalirkan arus panas ke segenap pembuluh.
Dibakarnya hatiku
Didobraknya setiap katup bilik jantungku
Diteriakkannya aliran darah agar berpacu makin cepat ke ubun-ubun.
Bara itu menyusup ke hati dan jantungku. Dijadikannya sekutu. Mereka bergerak. Menyumbat setiap pembuluh otak sehingga daya nalar dan kendali diriku terengah-engah.
Diserukannya pemberontakan di ruang realitas. Anehnya dibiarkannya geraham tegang mengatup. Dibiarkannya kata-kata hilang ditelan deru nafas.
Olehnya aku tersesat di rimba duga. Dijadikannya aku budak yang dungu. Menyembah sisi gelapku sendiri.
Aku berusaha melepaskan diri dan berlari. Mencari lubang-lubang udara dan tangga cahaya.
Aku percaya di ujungnya ada batas kesabaranku menunggu. Berharap ia menarik tubuhku dari ruang bara amarah. Aku tidak ingin hangus dalam kesia-siaan!
------
Pebrianov23/07/2016Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H