Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mimpi Berkejar Mimpi

17 Juni 2016   15:19 Diperbarui: 17 Juni 2016   16:37 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi II sumber : http://cdn-2.tstatic.net/jabar/foto/bank/images/paranormal_20151117_211016.jpg

Ia datang dari aliran bercabang. Tak jelas titik bermula. Berkejarlah  mimpi itu mencari muara

Arusnya begitu deras. Tak jeda bergulung-gulung. Tak malu berganti buih. Tak hirau putaran waktu

Orang-orang mendayungnya di perahu ambisi. Kulihat banyak anak dicambuk orang tua. Kusaksikan suami didesak istri dan istri ditempel suami

Mata mereka membesar menatap tiap riak dan derau. Otot menegang. Keringatnya keluar dari kulit

Kulihat sekelompok orang mematahkan dayung. Melubangi perahu terkayuh. Milik orang lain. Mereka bergerak dalam diam

Kusaksikan orang-orang tenggelam ketika biduknya oleng dan menungkup. Terlalu birahi kah dia pada gelembung?

Aku juga melihat sejumlah orang. Duduk manis di tepian. Tanggannya menghalau tali perahu terkayuh di arus. Otaknya besar dan tapi hatinya hitam

Enak sekali dia, pakainnya bersih. Tak kulihat peluh dan ototnya

Kutanya pada alam. Akankah mereka ke muara yang sama?

Tak kudapat jawaban

Aku bergegas dan teriak. Mengabarkan ketidakadilan. Tapi alam tetap tak bersuara selain tersenyuman kecil. Tanpa melepas tatapan pada mereka

Kulempar langit, berharap runtuh. Tapi alam tetap diam

Tiba-tiba batu lemparan berbalik menghantamku. Pandangan jadi gelap. Muncul kunang-kunang berterbangan. Hinggap di telinga. Membawa titipan pesan. Tentang rahasia alam.

--------

pebrianov17/06/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun