[caption caption="Ilustrasi Ahok dan Yusril. Sumber : Tribunnews.com dalam : http://m.kompasiana.com/kompasiana/ahoktaklayakjadigubernur-suara-netizen-menolak-ahok_5707820560afbd0712476a83"][/caption]
Sesuai janji saya tidak akan lagi menulis tentang Ahok, maka Saya merencanakan konsisten tidak menulis Ahok walau hanya berupa sepatah kata atau nama. Lho, itu ada tertulis 'Ahok'? Gimana sih? Yaaa, itu kan bukan saya yang nulis, tapi keyboard hp Saya ! Paham?
Karena Saya tak lagi nulis Ahok, maka Saya cari-cari bahan tulisan lain sambil menjaga terong Saya yang sedang membesar jangan sampai ditowel-towel orang. Akhirnya ketemu juga, yakni tentang Admin Kompasiana !
Sebenarnya Saya jarang menulis tentang Admin Kompasiana. Bukan apa-apa...ini hanya masalah strategi politik saja. Saya sebagai Bakal Calon Admin tahun 2222 mesti berbaik-baik dengan Petahana Admin. Saya tidak ingin mereka mencekal Saya sehingga jalur Saya menjual diri jadi terhambat oleh preseden Kalijodo dibubarkan dan M. Sanusi ditangkap KPK.
Kali ini Saya menulis tentang Admin, demi kemaslahatan keluarga besar Kompasiana. Biarlah saya pasang badan menghadapi cibiran. Biarlah strategi pribadi tergadaikan. Siapa tahu saya kelak jadi pahlawan diantara Kompasianer. Paling sial, saya bisa jadi Legenda dalam warna tertentu.
Saya tak perduli " Boleh atau Tidak Boleh. Suka atau Benci. Maju atau Mundur. Keluar atau Masuk. Atas atau Bawah. Sudah Licin atau Masih Keset." Semua itu tak menggoyahkan niat menuntaskan hasrat menulis yang sudah sampai ke ubun-ubun. Bukankah hasrat adalah Tuan primitif paling kuat berkuasa atas logika? Di dalam sangkarut Hasrat itulah Logika kelak bisa belajar menyatakan dirinya. Betul, tidak?
Hal yang saya tulis adalah soal artikel Admin Kompasiana berjudul ; "#AhokTakLayakJadiGubernur, Suara Netizen Menolak Ahok" (sumber link)
Artikel itu cukup mengusik pikiran dan mencelalak mata ditengah banyak kejutan politik kontemporer negeri ini. Bukan karena judulnya 'Anti Ahok', melainkan karena Penulisnya adalah Admin Kompasiana si Tuan Rumah Blog kroyokan ini.
Sependek yang Saya pahami, fungsi admin adalah sebagai Orang Tua (bijak) di dalam kerumunan anaknya yang memiliki ragam karakter. Anak-anaknya itu adalah para Kompasianer.
Tugas dan takdir Orang Tua menyediakan segala kebutuhan anak-anaknya untuk bertumbuh, mewarna, dan bersinar di masing-masing cekuk. Tak perduli letak dan ukuran cekuk itu seperti apa, karena bagi Admin Kompasiana selaku orang tua, anak-anaknya tetaplah Kompasianer yang membawa nama keluarga Kompasiana.
Selaku orang tua, Admin Kompasiana tak perlu ikut bermain di cekuk-cekuk itu. Ibarat kate bang Ahok "udeh kagak level lah..."
Berkaitan dengan artikel tersebut, Admin Kompasiana tak lagi jadi orang tua bijak-yang harusnya berdiri di tengah dalam posisi 'Netral'.