[caption caption="Ilustrasi: joelrobison.com"][/caption]Apakah anda percaya bahwa ada keajaiban saat menulis? Bagi yang percaya, silahkan tulis keajaiban yang anda alami. Bagi yang tidak percaya, segeralah menulis. Jangan tunda. Anda tak akan pernah mengalami kejaiban itu kalau tak segera memulai.
Seringkali saya menulis disaat yang tidak tepat. Soal tempat, itu relatif. Beberapa kali saya membuat tulisan di Kompasiana saat 'waktu tunggu', artinya bukan dengan seremonial resmi di meja kerja. Kebetulan kalau saat di ruang kerja, saya lebih memilih duduk dikolong meja sambil memainkan ujung rambut dengan kepala menunduk.
Sejumlah tulisan baik serius, dua rius, tigarius maupun seluruh rius saya buat saat menunggu Istri dan anak-anak siap-siap akan berpergian, misalnya undangan atau jalan-jalan. Saya mandi cepat dan berpakaian pun cepat. Beruntungnya jadi laki-laki ya ini...tidak ribet..heuheuheu!
Setelah rapi dan wangi, dengan baju batik atau kemeja resmi segera saya siapkan kendaraan. Manasin mesin mobil dan mengeluarkannya dari kandang. Habis itu? Duduk manis di teras dengan BlackBerry jadul membuka jendela dunia. Walau terkadang terdengar 'keramaian' ini-itu dalam rumah supaya anak-anak cepat mandi dan siap-siap, atau mengingatkan jangan lupa bawa ini-itu saya tak ambil pusing. Masing-masing sudah punya tanggung jawabnya. Semua akan indah pada waktunya.
[caption caption="Ilustrasi: 1.bp.blogspot.com"]
Target tulisan 400 kata atau lebih sedikit. Kebetulan jaman kuliah S2 dulu setiap hari dapat tugas "logbook" membuat artikel ilmiah minimal 700 kata atau setara 2 halaman kuarto, 1 spasi, fon 11. lengkap daftar pustaka teori rujukan. Bikin mumet karena jaman itu tak ada smartphone. Jadi mesti duduk manis di depan komputer berikut modemnya. Itu pun sering lelet. Paling aman dan lancar harus ke Warnet depan komplek. Hadeuuuh!
Untuk bikin satu artikel logbook bisa 'seharian kerja'. Karena harus 'ilmiah' maka dipaksa buka buku-buku teori para dewa yang bertengger pada rak buku di ruang kerja. Maka jadilah kegiatan menulis sebagai seremonial resmi dan 'nyebelin'.
Sementara menulis artikel tak seribet dulu. Apalagi tak perlu rujukan buku wajib. Kini lebih simpel, sambil duduk diteras bisa 'ngedabrus' dalam kata dan kalimat. Rujukan dari berita, artikel valid dan bahkan bisa lewat jurnal atau buku online berformat pdf. Di internet dalam genggaman Anda saat itu, semua ada-apapun bisa, tapi minumnya tetap teh botol!
[caption caption="Ilustrasi Dunia dalam Genggaman: s.kaskus.id"]
Dunia ada dalam genggaman Anda. Itu bukan sekedar moto iklan, tapi sudah menjadi realitas nyata. Dengan Gadget, BlackBerry atau Smartpohone berinternet lancar, maka dunia memang dalam genggaman Anda. Anda bisa berselancar di banyak kanal berita online tanpa perlu dunia tahu Anda sedang apa, dimana, dan dengan siapa Anda membuka jendela dunia. Bahkan dunia yang sedang disimak tidak pernah tahu Anda sedang pakai celana atau tidak.
Bermula menyimak dunia, maka pemikiran-pemikiran dalam diri akan muncul "Kenapa, Siapa, Bagaimana, Dimana? Mengapa?" tanpa disadari anda akan mencari tahu dengan rentetan link-nya untuk memenuhi rasa haus Informasi tadi. Jangan remehkan, semua itu adalah 'bahan dasar anda menulis!