Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Orang Kampung Membicarakan Mahar dan Sara

12 Maret 2016   19:47 Diperbarui: 12 Maret 2016   21:24 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi, sumber gambar : https://1.bp.blogspot.com/-HdjFvEutnOM/UTjyrs1gUoI/AAAAAAAAEvM/pXZMCYN0lO0/s1600/Abstract+Paintings+Wallpapers.jpg"][/caption]Mahar kini sedang disebut-sebut banyak orang di kampung. Ada apa? Bukankah selama ini dia baik-baik saja? Apakah dia sudah hilang, atau mati?

Beragam pergunjingan tentang Mahar. Entah mana yang benar, setiap orang kampung berusaha mengemukakan pedapatnya. Dari orang pintar sekolah, pintar berdagang, pintar menerawang, pintar membaca kitab suci sampai orang gemblung punya pendapat sendiri. Mereka berdebat seolah-olah pernah melihat Mahar, tapi Mahar tak juga bisa ketemu.

Minggu lalu sebelum ramai dibicarakan orang, Mahar tenang-tenang saja di tempatnya. Tak ada yang mempersoalkan secara terang-terangan, karena “Mahar mah emang gitu orangnya...”.  Setiap orang kampung sangat memakluminya. Bagi mereka, asal tidak bikin ribut biarkan saja Mahar di situ. Ada juga yang ingin mempermasalahkannya namun enggan karena malu atau takut. Nanti ditanya-tanya kepala kampung beserta jajaran anak buahnya tentang maksud dan tujuan mempermasalahkan Mahar yang duduk manis. Ditanya-tanya seperti itu bisa bikin pusing kepala. Bisa dituduh mengacaukan suasana kampung yang sudah tenang bersama Mahar.

Ada juga bisik-bisik oleh sejumlah orang yang pernah akrab dengan Mahar. Itu pun dilakukan sembunyi-sembunyi. Mereka malu kalau pernah berteman dengan Mahar. Nanti dikira bukan orang baik-baik karena Mahar dianggap tidak baik.

[caption caption="Ilustrasi, sumber gambar : media.viva.co.id/thumbs2/2011/07/07/115548_sketsa-pensil-picasso-yang-hilang-_663_498.JPG"]

[/caption]Sama halnya dengan Sara, walau tak langsung berteman dengan Mahar, Sara juga sedang dibicarakan orang kampung. Bahkan para petinggi dan tokoh kampung gemar membicarakan Sara dibandingkan Mahar. Kalau membicarakan Mahar mereka tersinggung berat, tapi kalau membicarakan Sara hati mereka berbunga-bunga. Banyak kata-kata manis mereka umbar seolah bukan membicarakan Sara, tapi sebenarnya mereka sedang horny dengan Sara. Ya maklum saja mereka pandai berkata-kata. Karena kepandaian bicara mereka inilah Sara pun jadi hangat dibicarakan penduduk kampung.

Kini Mahar dan Sara seperti jadi primadona kampung karena terus dibicarakan. Keduanya menjadi seleb tak kalah tenar dengan artis dangdut yang sering manggung di kampung dan komplek lokalisasi tepi kali di ujung kampung. Setiap orang jadi tahu siapa Mahar dan Sara. Tapi anehnya, tak satupun mau mengakui bahwa mereka pernah dekat dengan dengan Mahar dan Sara, terlebih para tokoh di kampung. Mereka malu ! Bila ketahuan pernah dekat Sara nanti kira Genit dan Ganjen. Dan bila pernah dekat dengan Mahar nanti dianggap LGBT. Bisa-bisa orang kampung marah dan mengarak mereka tanpa celana. Makin maluu !

Ahh, Mahar dan Sara mah memang gitu orangnya....

Selamat week end

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun