Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Beda Nasib Lobang di Jawa dan Kalimantan

10 Juli 2015   19:04 Diperbarui: 10 Juli 2015   19:04 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan sepelekan urusan lobang. Bisa jadi "gara-gara lobang sepitik rusak nyawa sekandang". Kalau sudah begitu tak ada ampun. Muka pun hilang tak terbilang,

Lobang itu sangat berpengaruh pada kenikmatan, kenyamanan dan kelancaran. Makanya keberadaan lobang mesti dipantau, jangan sampai jadi bahaya laten.

Namun demikian tidak semua lobang punya nasib yang sama. Lobang di Jawa misalnya, beda nasib dengan di Kalimantan. Seperti lagu dangdut. Kalau bang Toyib baru tiga kali Lebaran tak pulang-pulang saja sudah bikin resah, tapi di Jawa lobang tak 'bernasib' seperti itu.

Tiap Lebaran Lobang di Jawa dikunjungi. Hal ini beda nasib dengan nasib di Kalimantan. Sudah banyak kali Lebaran tak juga dikunjungi. Entah apa sebabnya. Mungkin karena jauh dimata maka bang Toyib merasa tak perlu mengunjungi Lobang di Kalimantan.

Demikianlah nasib Lobang-lobang jalan, bukan lobang yang berjalan.

Di pulau Jawa setiap menjelang Lebaran dan hari raya lainnya nasib Lobang jalan selalu bikin heboh berita. Jalur Pantura misalnya. Baru saja tahun lalu diperbaiki, tahun berikutnya dikunjungi (diperbaiki) lagi. Padahal Lobang yang muncul pun 'tak separah' di Kalimantan. Tapi heboh Pantura tak terbilang. Seolah mau kiamat. Media sibuk bikin berita, masyarakat sibuk teriak-teriak protes.

Sementara lobang di Kalimantan, besar dan dalamnya sudah melebihi batas kesabaran. Sudah masuk kategori kolam, bukan lagi lobang. Nyawa pun jadi taruhannya. Namun entah sudah berapa kali Lebaran dan hari raya lainnya tak jua disentuh. Bang Toyib memang kejam.

Masyarakat pedalaman Kalimantan menyimak berita di televisi. Melihat hebohnya perbaikan jalan Pantura saban tahun masuk berita. Ketika Lobang disorot, mereka tersenyum getir. Lobang itu masih tak seberapa, tapi kok cepat diurus. Seolah bikin ketakukan para bang Toyib. Sempat terdengar celetukan "Ah, Lobang di Jawa itu manja". (atau lebih tepatnya dimanja ?).

Begitulah nasib. Jauh dimata tentu jauh pula di hati. Apa mau dikata, mungkin bang Toyib harus cari muka. Tentu yang dekat dulu ditata.

Kalau soal Lobang, saya tahu beda rasanya. Karena sudah berkali-kali ikut Lebaran di Jawa, tapi tak seperih ini merasakan Lobang di Kalimantan. Saat berada bersama masyarakat pedalaman ikut menyimak berita, saya sampai kehilangan kata.

Semoga mereka tak berburuk sangka makin dalam, sedalam Lobang yang makin tahunketahun tak jua tersentuh. Semoga saja mereka tak lalu memutus akad, dan mencari Bang Toyib lain. Kalau sampai itu terjadi, bisa jadi tak ada lagi negara ini.

Salam pemberdayaan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun