Anggota KPK mendatang merupakan paket istimewa. Mereka dipilih di era pemerintahan Jokowo. Istimewanya ; Mereka dipilih oleh panitia seleksi yang didominasi perempuan. Mereka adalah ;
1. Destry Damayanti, M.Sc,
• Seorang ekonom, ahli keuangan dan moneter
• sebagai Ketua merangkap anggota
2. Dr Enny Nurbaningsih, SH,
• Pakar Hukum Tata Negara,
• Ketua Badan Pembinaan Hukum Nasional,
• Sebagai Wakil Ketua merangkap anggota.
3. Prof. Dr. Harkrituti Haskrisnowo, SH, LLM,
• Pakar Hukum Pidana dan HAM,
• Ketua Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkumham,
• Sebagai anggota.
4. Ir. Betti S Alisjabana, MBA,
• Ahli IT dan manajemen,
• Sebagai anggota.
5. Dr. Yenti Garnasih, SH, MH,
• Pakar hukum pidana ekonomi dan pencucian uang,
• Sebagai anggota
6. Supra Wimbarti, M.SC, Ph.D,
• Ahli psikologi SDM dan pendidikan,
• Sebagai anggota.
7. Natalia Subagyo, M.Sc,
• Ahli tata kelola pemerintahan dan reformasi birokrasi,
• Sebagai anggota.
8. Dr. Diani Sadiawati, SH, LLM,
• Ahli hukum,
• Direktur Analisa Peraturan Perundang-undangan Bappenas,
• Sebagai anggota.
9. Meuthia Ganie-Rochman, Ph.D,
• Ahli sosiologi korupsi dan modal sosial,
• Sebagai anggota.
Dibandingkan era rezim sebelumnya, dinamika KPK sebelum penggantian anggotanya lebih 'mengharu-biru'. Kalau Azhari Azhar jatuh oleh terlibatnya perempuan, begitu juga dengan Abraham Samad.
Namun kini haru biru pergantian komisoner KPK ternyata juga melibatkan perempuan. Bedanya, kali ini bersifat positif. Mereka hadir sebagai bidan komisoner yang diharapkan menghasilkan pendekar-pendekar pemberantas korupsi yang lebih baik dibandingkan pendahulunya.
Keunggulan dan istimewanya panitia seleksi kali ini adalah pada kodrat mereka sebagai perempuan yang memiliki intuisi tajam dalam melihat segala sesuatu.
Intuisi (feeling) perempuan mampu melihat dan membaca fenomena yang tak tampak, dan apa yang ada dibalik sesuatu, bersifat tersembunyi atau penuh kebohongan.
Intuisi atau feeling perempuan seringkali ampuh mendeteksi 'dunia laki-laki beserta kecurangannya'.
Demikian juga dalam hal memilih dan mendapatkan para komisioner yang handal tak hanya dengan melihat track record dari Curriculum Vitae diatas kertas, kepandaian calon komisioner dalam berbicara dan berlogika para calon didepan mata namun juga dibutuhkan intuisi tajam akan 'integritas'nya. Kepandaian berbicara dan CV hanyalah bungkus yang bisa disetting sejak awal, yang bersifat kasad mata. Bungkus itu bisa menutupi 'kecurangan dan kebusukan laten' yang besemayam dalam diri si Calon. Dibutuhkan intuisi tajam orang lain untuk melihatnya. Orang lain itu adalah kaum perempuan yang kini duduk di panitia seleksi Komisoner KPK.
Semoga mereka bisa memanfaatkan intuisi keperempuanannya untuk memilih Komisioner KPK handal periode yang akan datang.
Selamat bekerja untuk para Srikandi, jangan tertipu wajah ganteng, mulut manis, senyum nakal dan suara seksi calon Komisioner lelaki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H