[caption id="attachment_330805" align="aligncenter" width="680" caption="gambar : http://pontianak.tribunnews.com/foto/bank/images/barang-antik-ahmad-dhani.jpg"][/caption]
Gaya Ahmad Dhani menjadi trending topik di sela kampanye Prabowo. Kostum panggung bergaya elit Nazi yang dikenakannya jadi kontroversi bercampur sensasi. Banyak pihak menyayangkannya karena Nazi adalah sejarah kelam kemanusian dan musuh umat manusia di muka bumi ini.
Sebagai artis, musisi kondang, pemilik dan pencipta beragam isu, apa yang dilakukan Ahmad Dhani bukan suatu kejutan besar. Lihat saja, kostum meniru Nazi, sedangkan nada lagu nyaplok lagu milik grup Queen yang level kondangnya sejagat.
Ahmad Dani sudah terbiasa melakukan trobosan gaya. Pokoknya tampi beda. Rambutnya sebentar-sebentar gondrong aneh, kadang gundul kemudian mendadak mohawk. Tak perduli hal itu merupakan daur ulang milik orang lain. Toh kepiawaian mengambil momentum itulah yang menjadikannya terlihat lebih. Dia seperti seorang pemberontak terhadap status quo penampilan awam.
Menjadi pemilik dan pencipta beragam isu kontroversial membuatsosok Ahmad Dhani oleh sebagian orang dianggap sok, kepedean, bahkan arogan. Dia bukan tak tahu hal itu, FPI saja ditantangnya ketika logo Dewa 19 diperdebatkan. Tapi baginya: “anjing menggonggong kafilah berlalu”.
[caption id="attachment_330806" align="aligncenter" width="681" caption="http://jadiberita.com/wp-content/uploads/2014/05/Ahmad-Dhani.jpg"]
Pada ranah dunia hiburan, apapun bentuk kreasi seringkali menjadi sah atas nama ekspresi seni. Sosok personal artislah yang menjadi taruhannya. Terlepas apakah kreasi itu mengandung pesan moral atau hanya sekedar sensasi belaka. Tanggung jawab hanya ada pada si artis. Sekarang pertanyaannya adalah bila ekspresi itu mewakili sisi politis, apakah tidak ada pesan politis yang dibawa?
Politik di tengah masyarakat adalah sebuah jualan, baik ideologi, program, bahkan citra. Seorang politikus akan selalu berdandan bak malaikat agar terlihat baik kemudian diterima masyarakat.Kalau tidak mau seperti itu, percuma saja jadi politikus. Lebih baik jadi artis beneran dengan karya ekspresif, atau ilmuwan yang berani mempertaruhkan lehernya bahwa 1+1=2. Hitungan rumus itu tidak berlaku di dunia politik karena ada positioning dan bargain untuk menuju hasil sesungguhnya.
[caption id="attachment_330808" align="aligncenter" width="680" caption="http://forum.detik.com/images/static/slide_terpopuler/slide_terpopuler-1403669846-ahmad-dhani-nazi.jpg"]
Konteks tampilan Ahmad Dhani menjadi pertanyaan besar sebagian masyarakat terhadap kubu Prabowo. Apa bentuk pesan moralnya? Akan dibawa kemana pesan moral politik nya? Ataukah sama sakali tak ada pesan, yakni tak lebih sebuah hiburan pop yang inginnya hanya sedap dipandang mata dan enak didengar telinga?
Beredarnya clip lagu Ahmad Dhani beserta para bintang finalis Indonesia Idol tentu saja sudah disetujui oleh para pemikir ulung yang berada di tim capres Prabowo. Beragam sudut pandang dan tingkat kedalaman berpikir tentu sudah dipertimbangkan sehingga clip itu menjadi bagian dan alat kampanye mereka. Bila demikian, apa yang menjadi dasar pemikiran mereka? Itulah yang menjadi tanda tanya besar.
[caption id="attachment_330807" align="aligncenter" width="681" caption="http://cdn.ar.com/images/stories/2011/04/ahmad-dhani-dewa.jpg"]
Citra seorang Prabowo lewat kehadiran clip Ahmad Dhani menjadi pertaruhan besar. Bila pada perjalanan terkini kampanye; sosok Prabowo secara perlahan menampilkan sosok yang rendah hati, sportif, dekat dengan rakyat, lalu ketika Ahmad Dhani hadir dengan gaya pemberontakannya, apakah justu menjadi kontra produktif? Apakah citra yang terbentuk justru akan membuat Prabowo menjadi pemenang runer up pilres ini?
Sosok keartisan Ahmad Dhani, bahkan kepribadiannya sebagai selebritis mencerminkan arogansi orang-orang mapan dan sadar akan talenta diri yang tak perlu malu untuk berlaku sombong. Bila dikaitkan dengan sisi politis Prabowo, bisa jadi dia membawa pesan khusus pribadinya lewat kebengalan Ahmad Dhani. Apakah pesan itu?
Isi pesan itu hanya bisa direka-reka dengan setting berpikir awam. Anda jangan tanya isinya pada saya, karena tulisan ini hanya mengantarkan anda untuk berpikir cerdas. Saya bukan militer yang hendak mendokrin pikiran anda secara absolut. Paham? Laksanakan !
Salam Damai di Bumi Nusantara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H