Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Hari Pertama Masuk, Badan Ditempat Kerja Jiwa Masih Liburan

4 Agustus 2014   20:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:26 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1407135008824473875

[caption id="attachment_336347" align="alignnone" width="680" caption="http://matoa.org/wp-content/uploads/2014/02/Agar-Siap-Masuk-Kerja-Pasca-Liburan-Ini-Tipsnya6.jpg"][/caption]

Suasana hari pertama masuk kerja setelah cuti hari raya di banyak instansi terasa masih adem ayem karena sebagian jiwa pekerja masih menyesuaikan diri antara rutinitas yang membelenggu dengan liburan kemarin yang membebaskan jiwa. Padahal libur sudah usai, bila mengikuti kata hati terasa masih terasa kurang. Dasar manusia, tak pernah bisa puas! Begitulah joke umpatannya.

Bekerja di hari pertama bercampur dengan suasana silaturahmi sesama rekan kerja punya sensasi tersendiri. Ada nilai-nilai kemanusiaan terbangun, lebih daripada hanya sebuah mesin produksi yang bekerja tanpa hati.

Secara formil semua siap di bagian masing-masing sesuai tupoksinya. Namun manusia sebagai mahluk sosial telah secara spontan muncul untuk mensiasati secara rapi suasana lingkungan kerja. Badan bekerja, tapi jiwa masih bermain. Faktor kelelahan liburan kemarin turut mempengaruhi suasana tersebut.

Mungkin hanya di Indonesialah hal ini bisa terjadi. Sebuah tradisi pasca hari raya yang memberi warna lain kehidupan masyarakatnya. Teori-teori psikologi kerja dan manajeman tercanggih untuk sementara disingkirkan dulu. Setidaknya dalam satu hari ini. Karena pencipta teori itu sendiri pun akan mengalami hal yang sama bila menjadi Indonesia pasca hari raya. Kebiasaan menjadi tradisi, tradisi menjadi budaya, dan budaya ini menjadi ciri khas yang masuk ke lingkungan kerja.

Apakah semua itu harus dilenyapkan untuk menjadi negara modern dengan dalih mengejar ketertinggalan ? Ah, tak usahlah. Begini asyik kok. Hidup tak harus kaku menjalankan pernak-pernik teori. Diluar itu ada interaksi manusia dlam bentuk silaturahmi yang lebih memanusiakan setiap pribadi di lingkungan kerja. Bila anda tidak setuju, tak masalah. Tapi saya memaklumi kalau ternyata diam-diam anda pun menikmatinya. Percayalah, tak akan saya laporkan kepada atasan anda.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun