Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Satu Kesalahan Fatal Admin Kompasiana

25 Agustus 2014   00:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:40 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_339487" align="aligncenter" width="544" caption="http://statics.boomee.co/wp-content/uploads/2014/03/mengecam-640x375.png?51115a"][/caption]

Tanpa mengurangi rasa hormat pada admin Kompasiana maka saya memberanikan diri mengungkapkan kesalahan admin yang tampak kecil tapi sangat vital. Hal ini sangat mempengaruhi performance admin, eksistensi Kompasiana, dan terutama kinerja para Kompasianer sebagai tulang punggung berjalannya Blog Elit ini.

Saya harap apa yang diungkapkan ini jadi pemikiran bersama sekaligus masukan positif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada Kompasianer yang jumlahnya banyak, beragam setting ; wujud, rupa,ukuran dan tabiat serta ragam kepentingannya.

Apa saja kesalahan fatal admin Kompasina?

Selama ini saya menulis di Kompasiana, ya menulis saja. Dari sesuatu yang terlihat, dirasakan dan pikirkan saat itu, ditempat itu, dan tentang itu. Hasilnya langsung dipostingkan ke Kompasiana. Tujuan utama untuk kepentingan diri saya sendiri, yakni agar yang saya pikirkan tertuang secara terstruktur, sistematis dan masif. Dengan demikian saya menjadi orang sehat, tidak bisulan dan jauh dari bahaya laten gila permanen.

Memang ada iming-iming terhormat dari Kompasiana, yakni tulisan tertentu jadi Head Line (HL). Hal itu tak terlalu saya pikirkan mengingat semua itu hak preogatif admin. Walau di dalamnya sebenarnya menyertakan kriteria yang jelas, bila Kompasianer ingin masuk HL ikuti saja kriteria itu, maka peluang semakin besar.

[caption id="attachment_339488" align="aligncenter" width="300" caption=": https://lh3.ggpht.com/9-cjrSdHpTLAg1m21Vm_Kkjj3R_hg7wEl4dgSdu8tU5F0ZfFS38kPb5GgLK8sKQYz-cm=w300"]

14088748001013003766
14088748001013003766
[/caption]

Dengan menulis sesuai kriteria HL, maka tempat terhormat tinggal menunggu waktu saja. Sementara saya menulis hanya untuk menjadikan sebuah tulisan, seperti dijelaskan diatas; apa yang terlihat, dirasakan dan pikirkan saat itu, ditempat itu, dan tentang itu. Sudah itu saja. Saya enggan mengikuti kriteria HL itu karena akan menghambat libido yang sedang meletup-letup dan menginginkan penuntasan secara spontan, cepat dan puas.

Anda bisa bayangkan bila saat mencumbu kata-kata dan kalimat di seputaran diksi seksi, tiba-tiba saya harus berhenti sejenak melihat lagi aturan dan kriteria HL hanya karena ingin orgasme secara terhormat, ahh..bisa-bisa letupan libido padam seketika. Karena pada saat on fire, ‘waktu’ adalah mata uang terpenting menuju penuntasan hasrat tulisan. Akibat cara itu, saya sangat jarang mendapat HL, tapi saya puas dan pembaca pun puas. Kalau tidak puas uang tidak bisa kembali, heu..heu..

Bebrapa hari lalu dua tulisan saya mendapat HL tanpa saya duga. Sempat tercenung sejenak, kok bisa? Anehnya lagi, saya mendapatkan HL itu dua hari berturut-turut. Kontan saat itu saya yang lebay sulebay ini melihat betapa cantik dan gantengnya admin Kompasiana. Para admin prianya jauh dari ganteng-ganteng srigala. Wajahnya bak ksatria bergitar sedang naik kuda putih penuh pesona kejantanan. Para admin wanitanya jauh dari cantik-cantik si Bawang Merah. Wajahnya penuh pesona bak peri kahayangan yang seksi dan baik hati.

Saat mendapat HL itu saya seperti menjadi gila temporer, seperti tikus menginjak puntung rokok menyala, berputar-putar di setiap sudut ruang dan berlari tak menentu di kamar kerja tanpa seorangpun tahu. Mohon pembaca tidak memberitahukan pada siapa pun, ya...karena menyangkut kehormatan dan citra diri saya agar nampak selalu waras dan baik dimata orang lain. Jadi, cukup saya dan pembaca saja yang tahu. Jangan sampai bocoorr.....heu..heu..

[caption id="attachment_339489" align="aligncenter" width="260" caption="https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSMJUu-Okj26A0-WDi1WEWflpGKKqTzwkaiz_ZHWyzeATxVF65k"]

14088748901986630429
14088748901986630429
[/caption]

Disinilah pangkal mula kesalahan Admin Kompasiana, yakni bikin orang kaget-sukaget. Admin Kompasiana sungguh Tega ! Tidak adil ! Otoriter !Curang! Arogan! Semua itu dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif. Saya saja yang lelaki lebay-sulebay ini bisa sakaw, bagaimana dengan Kompasianer lain yang memiliki ragam tabiat unik? Harusnya beberapa jam sebelumnya admin memberitahu via inbok akan memberi HL.

Tindakan admin harusnya adil. Kalau menghapus tulisan tidak pantas biasanya menyertakan pemberitahuan, tapi kalau menempatkan tulisan di tempat terhormat kok tidak ada pemberitahuan? Sebaiknya beberapa jam sebelumnya memberi kabar via inbok kepada Kompasianer beruntung. Kenapa harus memberitahu ?

Berikut pertimbangannya :


  • Bagi Kompansianer suka dandan, mereka setidaknya bisa punya waktu ke spa atau salon untuk dandan dan tampil cantik, seksi dan segar menyambut kedatangan HL.

  • Bagi Kompsianer Pejabat-Birokrat, bisa punya waktu memerintahkan bawahannya membentuk panitia, sekaligus dia menyiapkan kata sambutan di hadapan jajaran, kolega dan bawahannya saat menyambut kedatangan HL.

  • Bagi Kompasianer Tertip dan Patuh, mereka akan segera memberi tahukan atasannya dan minta ijin menyambut kedatangan HL. Jadi tidak korupsi waktu di jam kerja.

  • Bagi Kompasianer Slenge’an dan Lebay, setidaknya hari itu tidak selege’an dan jadi anak baik. Rajin mandi dan bersisir, sehingga bisa tampil rapi, wangi dan sopan menyambut HL.

  • Bagi Kompasianer Mahasiswa bisa punya cukup waktu menemui pembimbing akademik untuk konsultasi berkaitan kedatangan HL.

  • Bagi Kompasiner Narsis, bisa siap-siap mengumpulkan kawan-kawan untuk menunjukkan kehebatan, sekaligus selfie ramai-ramai di dekat layar monitor HL.

  • Bagi Kompasianer berjiwa militeristik, bisa siap-siap kostum militernya, kemudian berdiri tegak-sikap sempurna melakukan penghormatan pada tayangan HL di laptop.

  • Bagi Kompasienr Religius, bisa menyiapkan doa-doa mengiringi hadirnya HL.

  • Bagi Kompasianer Peneliti bisa siap-siap alat penelitiannya untuk mengamati fenomena hadirnya HL

  • Bagi Kompasiner Politikus bisa siap-siap melakukan bantahan, lips sevice, janji-janji politik basi dan menyiapkan massa saat menyambut kedangan HL.

  • Bagi Kompasinaer berjiwa Artis, bisa menjadikan HL untuk menaikkan kepopuleran yang sempat anjlok.

  • Bagi Kompasiner berjiwa interpreneur bisa siap-sipa menjadikan moment ini peluang usaha yang mendatangkan untung besar.

  • Bagi Kompasianer edan bin kenthir seperti saya, bisa siap-siap ngakak sendiri tanpa beban.

Demikianlah pemberitahuan ini saya sampaikan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Semoga admin dan pembaca tabah dan mendapatkan penghiburan yang layak. Bila sakit berlanjut, hubungi dokter terdekat.

Bandung, 24 Agustus 2014

Atas nama saya sendiri

(Pebri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun