Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saya Pamit dari Kompasiana Usai Baca Kasus Florence

30 Agustus 2014   15:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:06 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_340207" align="aligncenter" width="680" caption="http://2.bp.blogspot.com/_GCaacHFfUIY/THKg72667wI/AAAAAAAAB_I/Gp4CnQcGLhE/s1600/tangis.jpg"][/caption]

Berita mbak Florence berkasus akibat kicauannya di media sosial Path-nya  saya ikuti dari satu link media ke link media lainnya. Luar biasa daya jelajah sebarannya, berkembang biak, beranak pinak, berkloning-sukloning, membelah diri dan bersarang di ragam media. Menariknya, selain dalam bentuk berita, ada opini dan tanggapan pembaca yang kadarnya tak kalah seru dan saru dibandingkan apa yang ditulis mbak Florence.

Kalau Florence diposisikan sebagai orang jahat, maka tanggapan sejumlah pengguna media sosial bisa lebih jahat lagi. Mungkin maksudnya untuk mencapai keseimbangan dan kesetimbangan sebagai orang jahat. Kasihan kalau hanya orang baik saja yang menghadapi mbak Florence, nanti orang jahat tugasnya apa? Masak harus nganggur dan melongo melihat ‘kejahatan’ yang terjadi? Rugi, dong ! Kalau tidak sekarang unjuk taring kejahatan, kapan lagi? kalau bukan kita yang mampu jadi orang jahat, siapa lagi? Kira-kira begitulah yang terjadi.

Hebatnya, beberapa tanggapan itu disertai gambar foto diri yang sudah di photoshop : dari gambar wajah awal mbak Flo yang cantik menjadi bentuk muka alien, atau binatang tertentu. Kemudian ditambahkan tulisan tertentu sehingga daya ledaknya jauh lebih dahsyat membunuh karakter Florence.Ada juga gambar diselipkan kata-kata lucu yang membuat bibir tersenyum walau hati menangis.

Saya berpikir, kok sempat-sempatnya para pengguna media sosial membuat gambar itu padahal beritanya baru saja lounching. Tapi saya kemudian positif thinking saja, bahwa di Indonesia banyak orang pinter, berhati nurani cerdas, punya skill bagus membuat photo-shop dan cepat-tanggap laksana rusa mendengar langkah pemburu.

Sayapun jadi terpikir takut menulis, apalagi menulis kritik sosial karena bisa jadi bumerang terhadap diri saya di dunia nyata. Akibatnya itu tak terkira. Sangat luar biasa membunuh karater diri sendiri.

Nasib sial Florence bisa terjadi di Kompasiana

Setelah jauh melangkah dari satu link berita ke link berita lainya untuk kasus mbak Flo tersebut, saya pun berhenti. Kemudian berpikir dan merenung cukup lama di Kompasiana. Dari situ, akhirnya saya sampai pada suatu keputusan besar : Saya Pamit dari Kompasiana. Saya merasa sangat sedih dan lelah, maka besok lusa saja saya akan kembali lagi.

Selamat week end,

Saya permisi mohon pamit,  maaf bila ada yang salah,....

[caption id="attachment_340209" align="aligncenter" width="680" caption="http://4.bp.blogspot.com/-9VNar-tBDqI/TZ7CPODbQPI/AAAAAAAAANE/txTRdsHbsjU/s1600/Bird.jpg"]

14093342761460115632
14093342761460115632
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun