Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Anggota DPRD Menggadaikan SK Bukan Hal Memalukan

18 September 2014   17:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:20 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_343164" align="aligncenter" width="680" caption="http://kreditbank.weebly.com/uploads/2/7/3/0/27303415/__2449042_orig.jpg"][/caption]

Fenomena sejumlah anggota DPRD menggadaikan SK pengangkatan terkuak di beberapa media. Mereka adalah anggota parlemen daerah hasil pilpres yang baru lalu. Fenomena tersebut terjadi di sejumlah daerah di Indonesia.

Dalam satu pemberitaan, sekitar 60 persen anggota DPRD menggadaikan SK-nya ke pihak bank. Nominalnya berkisar 100 juta hingga 400 juta. Salah satu anggota dewan mengatakan uang tersebut bukan untuk hidup bermewah-mewahan melainkan untuk menutupi segala kekurangan yang sudah dijalaninya saat kampanye pileg lalu, serta keperluan lain yang beragam. Pihak bank sendiri memang memberi kemudahan bagi Anggota DPRD untuk meminjam dengan pertimbangan memiliki penghasilan tetap.

Banyak tanggapan masyarakat atas fenomena ini. Sebagian kalangan sangat menyayangkan seolah anggota DPRD menggadaikan jabatannya. Ada yang menilai hal tersebut memalukan. Frasa ‘gadai’ SK membuat imagenya menjadi minor. Padahal sebenarnya hal itu sama saja mengajukan Kredit bank dengan menjaminkan SK. Mengapa tidak diistilahkan mendapat Kredit Lunak saja?

Fenomena tersebut bukan hal baru bagi saya karena sudah tahu sejak dulu. Ada yang mengunakan dana pinjaman untuk investasi, menambah modal usaha, membuka usaha baru, dan lain sebagainya. Setiap orang punya keperluannya sendiri.

Kebetulan saya mempunyai saudara, serta beberapa kawan yang menjadi anggota DPRD provinsi. Salah satunya adalah kawan dekat dari salah satu partai politik besar. Periode ini beliau memasuki kali kedua menjadi anggota DPRD. Saya banyak tahu tentang kehidupan sehari-harinya sebelum dan setelah menjadi anggota dewan.Dari dia jugalah dulu saya tahu tentang penjauan kredit bank dengan jaminan SK pengangkatan.

Saudara saya yang jadi anggota DPRD itu berasal dari latar belakang pengusaha. Sebelum jadi anggota DPRD dia memang sudah mapan dalam hal ekonomi. Ketika terpilih jadi anggota DPRD tawaran kredit dari bank digunakannya menambah modal dan diversifikasi usahanya. Dari hal tersebut dia bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi.

Ketika usaha yang dibangunnya masih tahap merangkak, dia pernah mengajukan kredit di bank. Jangankan bank itu memberi pinjaman, menoleh pun tidak. Namun dengan keuletan, usahanya berkembang. Sebagian modal dibantu orang tua. Setelah melihat perkembangannya yang pesat, beberapa bank sering datang ‘mengemis-ngemis’ menawarkan pinjaman. Namun dia merasa belum terlalu perlu menggunakan jasa bank. Secara bergurau dia katakan mau ‘balas dendam’ dengan pihak bank, karena dulu saat usahanya masih merangkak pihakbank ‘menolak cintanya’.

14110282911939037535
14110282911939037535

Berbeda dengan saudara saya tersebut, kawan dekat saya sebelum jadi anggota DPRD adalah guru SMA di sekolah swasta. Hidupnya sederhana dengan tiga orang anak yang masih sekolah SD dan TK. Setiap hari sebelum pergi mengajar, dia mengantar ketiga anaknya sekolah menggunakan motor. Ketiga anaknya itu dibonceng sekaligus dalam satu trip. Kadang juga harus dua kali bolak balik, terutama bila salah satu anaknya ada yang pagi-pagi ritual merajuk, sementara anaknya yang lain harus berangkat cepat.

Selain sebagai guru di sekolah, dia juga ngajar les di tempat lain. Dia juga aktif di organisasi sosial dan kemasyarakatan. Jiwa sosialnya sangat tinggi. Banyak upayanya membantu akses kesehatan dan sekolah bagi orang-orang dari kampungnya di pedalaman Kalimantan untuk sekolah dan berobat di ibukota provinsi.

Rumahnya menjadi salah satu pangkalan bila ada orang kampungnya atau dari kabupaten yang ada urusan di provinsi. Tentu saja, kegiatannya itu menguras sebagian penghasilannya sebagai guru. Namun tampaknya dia menikmati bisa membantu banyak orang dari daerah asalnya itu-yang katanya belum tentu mereka datang itu dia kenal atau punya hubungan keluarga langsung. Jadi mereka datang hanya berbekal rekomendasi dari mulut ke mulut dari orang sekampung yang pernah dibantunya, atau diketahui bahasa sedaerah yang digunakan, atau dari KTP yang ditunjukkan.

Ketika kemudian jadi kader sebuah partai besar, saya pernah katakan peluang dia sangat besar terpilih jadi anggota DPRD. Dan ternyata tidak meleset. Secara pribadi saya sangat mendukung kegiatan teman saya itu.

Seringkali saat kongkow ngopi bareng kami bicara banyak hal tentang hidup. Satu keinginannya adalah memiliki mobil keluarga, biarpun cuma mobil bekas. Agak repot tiap pagi bolak balik ngantar anak sekolah. Apalagi letak rumahnya relatif jauh dari jalan besar dan memang di kawasan itu tidak ada akses kendaraan umum. Anak-anaknya masih kecil untuk dibiarkan pergi sekolah sendiri.

Hal lain adalah bila ada keperluan mengurus orang kampungnya yang ditimpa kemalangan dan harus segera diurus di ibukota provinsi, seringkali dia harus keluar rumah malam hari dalam kondisi hujan, belum lagi dalam satu situasi harus ikut mengantar sampai ke kampung yang jaraknya 300-an km dari kota provinsi. Maka tak heran, bila musim hujan dia langganan kena flu. Bayangkan saja bila sering keluar rumah hujan-hujan walau pun pake helm dan mantel tentu rentan kena flu.Saya sampai hapal penyakit musimannya itu!

Ketika pertama kali ikut pemilu legislatif, dia relatif tidak banyak mengeluarkan biaya. Tidak ada money politik karena dia tidak suka itu. Untuk operasional kampanye dia gunakan uang tabungan yang semula untuk membeli mobil bekas.

Setelah terpilih dan menjelang pelantikan dia datang pada saya minta pendapat karena ada tawaran kredit dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) untuk kepemilikan mobil. Saya setuju dan mendukungnya. Semula dia akan membeli mobil bekas, namun saya sarankan lebih baik yang baru saja, toh ada showoroom besar yang sudah kerjasama dengan BPD tersebut.

Dengan pertimbangan lebih mudah urusan administrasi, fasilitas asuransi beserta jaminan perbaikan dan perawatan kendaraan dari awal dari pihak showroom tersebut. Jadilah dia memiliki sebuah mobil Avanza. Karena dia belum bisa nyetir, saya menawarkan diri mengajarkannya menggunakan mobil saya. Namun dia menolak, karena mau ikut kursus nyetir yang dibawah naungan koperasi kepolisian lalulintas, agar bisa lebih mudah ngurus sim A.

Sekarang kredit mobilnya sudah lama lunas. Dan tawaran kredit dari bank tetap berlanjut, yang digunakannya membeli lahan kebun sawit di kampungnya. Jadilah dia memiliki kebun sawit yang lumayan luas. Kebun itu dikelola oleh orang kampung dengan bagi hasil. Setiap waktu tertentu dia datang meninjau sekalian berjumpa dengan para konstituennya.

Ketika pileg baru lalu, dia terpilih lagi jadi anggota DPRD untuk kali kedua. Saya belum sempat ngopi bareng menjelang pelantikannya minggu depan karena saya sedang bertugas di kota lain untuk waktu yang cukup lama. Sayabelum tahu langsung apakah ada lagi tawaran kredit dari bank lagi. Dugaan saya sih tetap ada karena itu ‘sudah tradisi’ sejak dulu.

Saya pikir dia sudah lebih tahu menggunakannya secara produktif. Kehidupannya masih relatif sederhana yang terlihat dari gaya hidup danrumahnya. Masih seperti dulu.

Begitulah dua contoh yang kebetulan berada di lingkungan saya. Sikap saya mendukung anggota DPRD mengajukan kredit di bank sejauh berguna bagi kehidupan mereka dan orang lain disekitarnya. Bukan untuk berfoya-foya.

Anggota DPRD sama seperti kita rakyat biasa. Mereka punya hak mengajukan kredit yang disediakan bank manapun sejauh memenuhi persyaratan dan untuk keperluan yang jelas. Sementara pihak bank sendiri punya pertimbangan profesional dalam memberikan pinjaman. Ada yang salah atau memalukankah?

Salam Kompasiana

Baca juga : Beruntungnya Anggota DPRD Periode Nanti

sumber-sumber berita gadai :

id.berita.yahoo.com

News Okezone.com
republika.co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun