[caption id="attachment_343861" align="aligncenter" width="680" caption="http://sidomi.com/wp-content/uploads/2014/04/Aji-Santoso-Timnas-Indonesia-U23.jpg"][/caption]
Menggenaskan Timnas sepabola kita dibantai Thailand setengah lusin tanpa balas. Dengan penuh wibawa tim Thailand itu mengajari Bayu Gatra dkk bermain bola. Di sisi lain banyak pecandu bola nasional yang ngomel-ngomel. Lho, kok bisa begitu, ya? Orang belajar kok diomeli? Edan !
Harusnya kita bahagia dan berterimakasih kepada tim asuhan Kiatisuk Sinamuang itu. Mereka bersedia turun ke kelapangan dengan kekuatan penuh, sementara tim Aji Santoso menurunkan tim lapis kedua. Artinya, tim Thailand merasa sangat bangga mendapat kehormatan, bekerja dengan penuh dedikasi dan tangggung jawab mempersiapkan materi ajar di lapangan hijau. Ilmu sepakbola yang mereka miliki diturunkan semua tanpa sisa kepada timnas cadangan yang memang belum merasakan materi aura bola Asian Games sesungguhnya.
Bisa dibayangkan kalau selama turnamen mereka hanya duduk di bangku cadangan dan tidak mendapatkan apa-apa. Atau saat turun sebagai pemain pengganti di babak 16 besar, bisa mendadak jantungan karena tak biasa dalam tekanan pertandingan level asia.
Seorang Aji Santoso sudah bertindak benar, bijak dan penuh perhitungan. Babak 16 besar adalah lebih penting. Dan dia butuh pemain pengganti yang siap (pernah bertanding) bila sewaktu-waktu harus turun di babak yang penuh tekanan. Maka tim cadangan ini ditempa dulu bersama tim Thailand-yang dalam sejarah head to head sejak jaman kuda gigit besi memang lebih baik dari Indonesia.
Satu hal lagi, Aji Santoso sangat paham kelemahan tim yang diasuhnya, bahwa kualitas pemain inti berbeda jauh dengan pemain cadangan. Namun itulah menu yang ada dan dianggap terbaik yang bisa dia seleksi dan sajikan. Dia berharap, dari sekian orang tim cadangan itu ada beberapa pemain yang bisa cepat belajar banyak untuk menjadi pelapis tim inti.
[caption id="attachment_343862" align="aligncenter" width="544" caption="http://cdn-media.viva.co.id/thumbs2/2014/09/22/269740_victor-igbonefo-dan-achmad-jufriyanto-serta-saiful-indra-cahya_663_382.jpg"]
Fenomena beda kualitas pemain inti dan cadangan memang sudah umum dalam timnas kita selama ini. Karena itulah tim cadangan diturunkan menghadapi raksasa Thailand agar mereka bisa belajar lebih awal. Disisi lain, tidak membuat mental pemain inti hancur sebelum pertandingan sesungguhnya melawan Korea Utara. Prinsipnya ; Don’t change the winning team”. Biarlah dalam pertandingan dengan Korea Utara itu tim inti survive dengan bekal mental kemenangan di babak penyisihan. Mereka nanti turun tidak dengan mental minder !
Soal kekecewaan kalah 6 : 0 tanpa balas itu dikesampingkan dulu. Namanya saja tim lapis kedua lawan lapis utama tim kuat, tentu timlapis kedua tak bisa berharap banyak untuk menang.
Perlu disadari bahwa babak 16 besar dengan sistem ‘knock-out’ (kalah langsung gugur) mengandung misteri keberuntungan. Tim kuat sekalipun bisa mengalami nasib tragis ‘tiba-tiba kalah’ dan harus cepat mengepak kopernya. Lain halnya bisa sistem kompetisi atau tandang, tim kuat biasanya walau pernah kalah akan cepat pulih dan melaju ke babak puncak.
Dari kesadaran akan hal tersebut, dengan keterbatasan kualitas pemain dibandingkan tim-tim Asia lainnya maka coach Aji Santoso menyimpan tenaga dan tak ingin merusak mental tim inti yang menang pada babak penyisihan. Kemudian dia berharap bisa membuat kejutan di babak keberuntungan tadi. Mungkin ini setengah berjudi, tapi siapa yang bisa menjamin bahwa hal ini bukan sebuah perjudian nasib? Lihatlah tim-tim besar di piala dunia yang diatas kertas sangat hebat namun tersungkur di babak ‘knock out’ dari tim yang tidak diperhitungkan sebelumnya.
Sangat dipahami banyak pecandu bola nasional yang ngomel-ngomel, termasuk saya. Tapi kemudian saya segera sadar, kita bukan tim besar dalam sepakbola Asia. Tapi kita tidak boleh menutup diri terhadap keberuntungan. Dan keberuntungan itu ada di babak 16 besar !
Untuk meraih keberuntungan bukan tanpa strategi. Kadangkala strategi yang ditempuh awalnya bikin sesak di dada. Dan seorang Aji Santoso sadar kelemahan tim, bukan kekuatan. Bravo coach Aji. Selamat bertempur tim inti di babak 16 besar, semoga beruntung !
Salam sepakbola nasional....
[caption id="attachment_343864" align="aligncenter" width="680" caption="http://foto.kompas.com/photo/detail/2014/09/22/66789165315561411318842/indonesia-dibekuk-thailand-0-6"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H