[caption id="attachment_346267" align="aligncenter" width="680" caption="http://img.lensaindonesia.com/thumb/350-630-1/uploads--1--2012--04--Mega-SBY.jpg"][/caption]
Semakin dekat habis masa jabatannya, SBY bukannya bisa santai layaknya PNS yang bisa menikmati MPP (Masa Persiapan Pensiun). Justru sebaliknya, sangat sibuk seperti orang mau penganten. Semua hal masih dia urus. Kasihan, beliau terlihat capek. Wajahnya terlihat sendu dan tua. Matanya makin sayu, kelopaknya makin berkeriput bergelambir yang menggantungseperti lebah madu.
Saking sibuknya pak SBY tidak sempat bertemu ibu Megawati, bahkan tidak bisa menerima utusan khusus yang dikirim Koalisi Indonesia Hebat, yakni mbak Puan, mas Jokowi, bang Surya Paloh, dan paman JK. Mereka itu adalah kolega lama pak SBY.
Disatu sisi kita prihatin, karena kesibukan pak SBY justru bertambah yakni ngurusin anak buahnya di partai Demokrat yang bandel walk out dari sidang DPR. Akibanya beliau menjadi tak bisa mencuri-curi waktu bertemu kolega lama untuk ngopi bareng reunian dan berhahahihi. Padahal itu kesempatan untuk memanusiakan diri setelah didera selama 10 tahun bekerja keras seperti robot.
Kalau seorang PNS menjelang pensiun bisa sedikit santai. Ada masa persiapan menjelang pensiun selama setahun. Waktu kerjanya sudah berkurang, mau datangatau tidak ke kantor bisa dia atur waktunya sesuai penjadwalan dengan pihak kantor dan konteks beban kerja. Hal ini untuk adaptasi kelak bila pensiun dan benar-benar tidak lagi datang ke kantor. Tak perlu kuatir, selama waktu MPP gaji tetap jalan terus.
Berbeda dengan pak SBY yang tidak mengalami MPP. Menjelang pensiun atau masih aktif tak ada bedanya. Super sibuk. Tidak ada masa transisi dimana beliau bisa mempersiapkan diri, terutama berkaitan dengan ritme hidup dan kerja. Sulit membayangkan bila setelah tanggal 20 Oktober pagi-pagi beliau bangun tidur tidak ngantor ke istana, tapi nonton telenovela atau infotainmen di tivi ruang keluarga di rumah pribadinya. Kegiatan tersebut tidak melalui masa adaptasi atau persiapan tapi mendadak ! Waduuuh...pasti bingung dengan urutan gossip infotainmen atau tidak tahu seri skandal telenovela yang ditontonnya.
Jadwal sebelumnya begitu bangun sudah dihadapkan dengan agenda kerja, tapi setelah tidak presiden lagi mendadak stop sibuk. Bisa-bisa mengalami gegar budaya lokal. Ketika maunya memencet remote control tivi, eh justru memanggil ajudan atau pengawal pribadi. Padahal kedua orang itu sudah tidak ada lagi di sekelilingnya. Sementaraibu Ani mungkin sedang sibuk di dapur memasak, ngepel dapur atau justru belum kembali dari pasar berbelanja sayur.
Pikir punya pikir, ada baiknya kelak dibuat peraturan baru yakni sekian waktu menjelang serah terima jabatan presiden maka si presiden diberi MPP (Masa Persiapan Pensiun). Agar ada masa adaptasi untuk nonton infotainmen di tivi atau bisa ketemu kolega lama untuk bersantai sejenak, bersenda gurau dan reunian. Dengan begitu, seorang presiden bisa tampil segar saat acara serah jabatan.
Mumpung anggota DPR sekaligus jajaran ketuanya, mulai dari ketua komisi hingga ketua DPR dikuasai oleh Koalisi Merah Putih yang adalah sekutu Demokrat, maka pembuatan undang-undang Masa Persiapan Pensiun Presiden bisa cepat digolkan tanpa voting yang alot serta tak perlu prosesi walk out.Kasihan nanti mas Ibas kalau jadi Presiden, nasibnya sama seperti bapaknya ketika menjelang purna tugas tak sempat adaptasi nonton infotaiment di tivi dan ketemu kolega lama untuk berhahahihi.
Kalau belum ada peraturan MPP seperti PNS, maka saya tidak mau jadi presiden walau dipilih DPRD ala KMP sekalipun. Cukuplah tetap jadi PNS seperti sekarang ini. Lebih asik dan manusiawi.
Salam Damai Kompasiana
Lihat : Politisi Demokrat Suka Main Sabun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H