[caption id="attachment_367182" align="aligncenter" width="576" caption="gambar :http://jurnalpatrolinews.com/wp-content/uploads/2011/12/PDIP.jpg"][/caption]
Sikap Puan Maharani pada Jokowi bikin sesak dada sebagian rakyat. Apalagi para pendukung setia Jokowi, Puan bagai anak juragan yang sombong.
Puan memang berasal dari pembesar Politik negeri ini. Kakeknya Ir Soekarno adalah Presiden RI pertama yang terkenal dan punya nama besar, sedangkan Megawati-Emaknya Puan lama memegang tampuk pimpinan partai PDIP, jadi tokoh sentral dan tak terbantahkan, sementara elit pengurus lainnya tak lebih pekerja yang 'cari makan' di perusahaan itu. Hal tersebut memunculkan kesan partai merupakan milik 'usaha keluarga' saja.
Dalam lingkungan tersebutlah bisa jadi memunculkan mentalitas anak juragan besar pada diri Puan Maharani.
Menjadi anak juragan besar merupakan takdir hidup dan tidak bisa dipersalahkan. Ada hak asasi manusia di situ. Namun bila mentalitas yang terbentuk tak digunakan secara cerdas akan memancung dan menjatuhkan citra diri dan nama baik keluarga besar.
Karena partai politik sejatinya juga milik rakyat maka semua yang melekat pada diri anak juragan besar sejatinya harus dipertanggung-jawabkan kepada rakyat.
[caption id="attachment_367184" align="aligncenter" width="650" caption="gambar : http://www.malasliputan.com/wp-content/uploads/2014/12/Puan-Maharani.jpg"]
Ketidakcerdasan Puan sebagai anak juragan besar tampak di mata publik lewat sikap dan pernyataannya ketika Jokowi yang cuma petugas partai kemudian menjadi Presiden. Pada posisi sebagai pembantu presiden di Kabinet Jokowi, mentalitas anak juragan tetap tegak berkibar menjadikan Jokowi seperti pimpinan yang tak bertaji.
Puan pura-pura lupa (?), bahwa PDIP bisa menang saat ini tak lepas peran besar Jokowi yang memenangkan hati rakyat dalam pilpres.
Lihat saja sikap Puan saat dipanggil namanya ketika pengumuman kabinet. Orang lain 'sepakat' bergegas cepat bahkan setengah berlari sebagai spirit dan cerminan Kabinet Kerja, tetapi seorang Puan dengan santainya melanggang lengok perlahan. Dia tampilkan dirinya 'beda' dengan 'pembantu' Presiden lainnya. InInya dia tidak ingin lebih rendah dari Jokowi?
Puan lupa bahwa bila Jokowi bukan presiden, katakanlah presiden dari partai lain yang berkoalisi dengan PDIP, maka belum tentu dia bisa jadi menteri. Karena kapasitasnya belum mumpuni sebagai menteri koordinator dibanding para elit politik senior lain yang tersebar.