[caption id="attachment_367263" align="aligncenter" width="427" caption="Jokowi bersama ibu didampingi Cornelis gubernur Kalbar saat kunjungan ke Perbatasan Malaysia-Kalimantan Barat, 20 Januari 2015, sumber gambar ;http://cdn.metrotvnews.com/dynamic/content/2015/01/21/348200/M9kkz8PFj5.jpg?w=668"][/caption]
Bagi Jokowi, the show must go on. Banyak masalah politik bukan berarti berhenti bekerja. Saat dalam negeri masih hangat oleh polemik KPK-Polri yang sedang Prime Time di ranah berita, belum lagi issu pecah kongsi dirinya di PDIP, Jokowi tak ingin berlebay-lebay mengeluh dan curhat tak tentu arah.
Dia tak ingin kehilangan waktu membangun komunikasi dengan negara Malaysia. Kedatangannya ke negeri tetangga dekat ini tentu bukan tanpa masalah. Dia datang tepat saat baru hangat-hangatnya iklan produk rumah tangga penyedot debu di Malaysia yang mottonya dianggap menghina bangsa Indonesia.
Tentu saja kedatangan Jokowi itu bukan mengurus iklan produk tersebut. Melainkan banyak hal, utamanya adalah masalah perbatasan dan tenaga kerja (TKI) di Malaysia yang jumlahnya sangat banyak.
Bagi Malaysia sendiri, kedatangan Jokowi merupakan moment penting untuk menegaskan mereka baik-baik saja. Bukan negara yang doyan menghina Indonesia. Bagaimana pun, Indonesia merupakan sosok yang sangat disegani sebagai negara besar dan matang dalam hal politik demokrasi modern dibandingkan mereka yang relatif masih mengekang kebebasan politik rakyatnya dengan berbagai pertimbangan dan ketakutan.
Bagi Indonesia, khususnya pemerintahan Jokowi, kunjungan itu juga menandakan dirinya baik-baik saja ditengah berita besar kekisruhan lembaga hukum dalam negeri yang bagai tontanan penuh keheranan negara-negara tetangga.
Khusus bagi Malaysia, apa yang terjadi di Indonesia selalu jadi perhatian penting mengingat kedekatan 'persaudaraan'. Mereka bisa belajar banyak bagaimana masalah besar perpolitikan di Indonesia saat ini tak membuat pemerintahan Indonesia goyah dan ambruk. Itulah matangnya demokrasi Indonesia.
Jokowi datang untuk mempertegas dirinya akan masalah Klasik Indonesia-Malaysia yakni Perbatasan dan TKI, tentu ada hal lain menyertainya. Namun kali ini, gaya Jokowi berbeda dengan presiden Indonesia sebelumnya.
Gaya blak-blakan tanpa banyak basa-basi Jokowi bila bertemu empat mata dengan pemimpin luar, serta cepatnya dia menindaklanjuti hasil pembicaraan akan membuat pemerintah Malaysia ekstra hati-hati dan tidak bisa main-main.
Banyak hal muncul di hubungan Indonesia-Malaysia yang berkembang di masyarakat mereka yang berkesan melecehkan Indonesia. Dan hal itu akibat dari tidak tegasnya pemerintahan sebelumnya.
Referensi terbaru Malaysia tentang tegasnya Indonesia dibawah pemerintahan Jokowi yakni hukuman mati penjahat Narkoba dan tembak langsung kapal pecuri ikan bisa jadi modal bagus bagi Jokowi untuk mengajarkan Malaysia agar kali ini tidak main-main dengan kesepakatan.