Mohon tunggu...
Mgs. Fisika Fikri
Mgs. Fisika Fikri Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang punya seabrek mimpi :D

Lakukanlah sesuatu yang kau sukai maka kau tak akan merasakan berkerja sehari pun (Confucius) Membaca dan menulis adalah dua hal yang kusukai.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencari Mursyd

9 Mei 2021   22:13 Diperbarui: 9 Mei 2021   22:16 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru yang mursyd sebenarnya bukan hal yang baru bagi orang-orang yang telah mengenal pengajian tasawuf.  Ulama dengan pendekatan tasawuf lebih memilih pendekatan Islam Rahmatan Lil 'alamin. Tindakan aksi yang responsif bahkan cenderung radikal sebisa mungkin dihindari. Mereka lebih memilih mengorbankan diri seperti dicemooh karena tidak tegas bahkan ada yang rela diasingkan daripada menimbulkan perpecahan di kalangan umat. 

Meskipun begitu ada saatnya mereka angkat bicara ketika persoalan tidak bisa ditoleransi dengan jalan perdamaian. Cara inilah yang dilakukan dalam praktik-praktik pengajian tasawuf. Pendekatan yang dilakukan bukan berfokus pada amalan-amalan yang harus dilakukan sebagai seorang muslim. Namun berfokus kepada menghidupkan cahaya iillahi. 

Bahwasannya tujuan dari kehidupan hanyalah mencari Tuhan yang sudah kita kenal sejak zaman azali di Lauhul Mahfudz sebelum arwah kita ditipkan ke dalam rahim ibu. Itulah sebabnya kita diwajibkan mencari guru yang mursyd agar kita dapat dibimbing menghidupkan cahaya illahi, cahaya yang Allah titipkan dalam bentuk Nur Muhammad. 

Mursyd ada di dalam dirimu

Mursyd sebenarnya ada di dalam diri manusia masing-masing, sebagaimana dialog manusia dengan Allah di Lauhul Mahfudz sebelum masuk ke alam rahim. 

Percakapan itu diabadikan pada QS. Al-A'Raf:172 seperti dibawah ini :
(Allah berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari Kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)," (QS. Al-A'raf [7] : 172).

 Dalam dialog itu setiap manusia telah bersaksi jika Tiada Tuhan selain Allah dan sebagai keturunan dari Nabi Adam a.s yang diciptakan dari Nur Muhammad. Nur Muhammad itulah yang dititipkan pada Nabi Adam a.s itu juga ada di dalam diri keturunannya hingga sampai ke kita melalui ajaran dan risalah yang dibawah oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Nur Muhammad adalah sumber alam semesta, Allah yang tadinya berdiri tegak sendiri ingin menciptakan alam semesta dengan menjadikan Nur Muhammad sebagai bahan bakunya. Maka secara otomatis didalam segala bentuk dan makhluk yang diciptakan dari Allah terdapat Nur Muhammad termasuk didalam diri anak manusia.

Nur Muhammad yang tersembunyi didalam setiap anak manusia seketika tersembunyi didalam diri seiring dengan kelahiran ke alam dunia. Dunia menjadi ladang bagi seorang anak manusia untuk menemukan kembali cahaya yang hilang itu.

Maka terdapat hadist ada juga sebagian menganggapnya sebagai peribahasa yang begitu dikenal di kalangan tasawuf :

"Man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu,". Yang artinya: "Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya."  

Untuk menghidupkan kembali Nur Muhammad tentu tak dapat dilakukan dengan berleha-leha. Bahkan Nur Muhammad bukanlah sebuah pencapaian yang bisa digapai dan menetap didalam diri. Bisa jadi seketika hidup dengan ibadah-ibadah yang dilakukan bahkan malah sebaliknya hilang dengan kemungkaran yang dilakukan oleh seorang hamba.

Oleh sebabnya seorang membutuhkan bimbingan dari guru sebagai perantara untuk membimbing agar Nur Muhammad itu senantiasa hidup. Guru yang mursyd adalah guru yang memiliki sanad keilmuan yang jelas yang bersumber kepada Rasullullah saw.

Di era teknologi saat ini, kita perlu berhati-hati mencari sumber ilmu. Banyak sumber cahaya yang bertebaran namun cahaya yang Rahmatan Lil 'Alamin yang kita cari. Karena jika cahaya hanya menyinari satu golongan dan mengesampingkan golongan lain yang masih sesama muslim maka itu sama saja seperti cahaya lampu di sebuah kamar. Padahal cahaya Islam Rahmatan Lil 'Alamin bersifat universal melintas batas dari sesama muslim maupun sesama manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun