Mohon tunggu...
Mgs. Fisika Fikri
Mgs. Fisika Fikri Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang punya seabrek mimpi :D

Lakukanlah sesuatu yang kau sukai maka kau tak akan merasakan berkerja sehari pun (Confucius) Membaca dan menulis adalah dua hal yang kusukai.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalahkan Pandemi Corona dengan Semangat Idul Adha

30 Juli 2020   23:23 Diperbarui: 30 Juli 2020   23:22 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih sama seperti yang kemarin, suara takbir tetap bertalu-talu di malam hari raya idul adha. Semangat pun mulai timbul para takmir dan marbot masjid kembali sumringah menyebarkan informasi bahwa masjid menggelar shalat id meski tetap menjaga jarak.

Begitu juga yang tidak menggelar  dikarenakan daerahnya masih zona merah juga merona  berseri-seri. Karena di hari raya idul adha tak hanya berkumpul bersama menggelar shalat id namun juga terdapat ibadah kurban yang menggugah jiwa anak manusia.

Belum lagi ibadah haji yang selalu dirindukan ketika melihat jutaan umat berkumpul memenuhi padang arafah untuk bermunajat kepada Sang Khalik.

Hari Raya Idul Adha identik dengan ibadah  haji dan kurban. Dua ibadah yang mengingatkan bahwa kita hidup untuk beribadah kepada Allah swt dan juga kepada sesama manusia.

Pondasi dua ibadah ini juga tak main-main, tokoh utama dari dua ibadah ini bahkan diperankan oleh seorang Bapak Tauhid, Nabi Ibrahim AS. Seorang yang mengawali perkenalan anak manusia dengan Tuhannya, pencarian Nabi Ibrahim AS akan keberadaan Tuhan merupakan kisah yang penuh hikmah agar seorang manusia harus terus berjalan untuk mencari dimana keberadaan Sang Tuhan.

Keyakinan akan keberadaan Tuhan yang Maha Esa sudah digambarkan dalam kisah Nabi Ibrahim AS. Ini juga yang harus kita mulai lakukan untuk terus mencari siapa Dia sebenarnya agar kita tak sekedar jadi pengikut ditambah lagi kita sudah dilahirkan sebagai orang yang beragama.

Nabi Ibrahim AS dan keluarganya menjadi tokoh dalam ibadah haji dan kurban. Sang Bapak Tauhid yang sudah mengenalkan anak manusia tentang Tuhan kembali diuji dengan sebuah mimpi agar menyembelih sang anak yang sudah diimpi-impikan sedari dulu.

Perintah yang begitu berat untuk dilakukan apalagi hanya melalui mimpi yang mana kebanyakan orang mengira mimpi hanyalah bunga-bunga tidur yang tak memiliki makna. 

asti akan berbeda jika perintah itu dilakukan secara langsung dalam kondisi sadar atau melalui perintah malaikat. Namun sang bapak para nabi ini tetap menjalankan keyakinan ini dengan tekad yang kuat. Begitu juga keyakninan sang anak Nabi Ismail AS dan sang ibu Siti Hajar yakin atas perintah Allah swt terhadap Nabi Ibrahim AS.

Keyakinan Nabi Ibrahim dan keluarga inilah yang perlu kita tanamkan di dalam jiwa-jiwa kita. Jika diantara kita ada orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita. Ibadah kurban menjadi simbol unuk mengingat nilai-nilai pengorbanan ini.

Seperti Nabi Ibrahim AS yang tidak memikirkan apa untungnya jika melakukkan sebuah pengorbanan. Ibadah kurban semata-mata untuk mengingatkan kita agar peduli dengan sesama kita.

Kita harus memberikan rasa yang sama kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan. Terlebih lagi saat kita sedang bersama menghadapi pendemi corona ini, kepedulian sosial adalah kunci keberhasilan menghadapi virus yang sudah menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat dunia.

Dari ibadah kurban ini juga melahirkan semangat untuk berbagi. Banyak sebagian orang mengumpulkan sedikit demi sedikit dari rezeki yang diperoleh untuk membeli seekor hewan kurban.

Inspirasi seperti inilah yang harus ditanamkan pada jiwa-jiwa anak bangsa agar senantiasa berusaha untuk berbagi bukan sekedar memikirkan diri-sendiri. Sisihkan rezeki yang dimiliki walau hanya sedikit untuk berbagi dan bisa saja dari sedikit itu justru menyelamatkan kehidupan seseorang.

Rezeki anak manusia sesungguhnya telah ditakar kadar kecukupannya. Jika diibaratkan dengan gelas, Tuhan akan terus mengisi air kedalam gelas hingga batas maksimal. Air itu mau tidak mau akan tumpah juga, namun sebelum itu tumpah secara paksa ada baiknya kita menuangkan ke dalam gelas-gelas lain atau menyiram ke sebuah tanaman.

Meski gelas itu tak jadi penuh namun yakinlah Tuhan akan mengisinya dengan air yang baru yang lebih segar dan menghilangkan dahaga. Mari kita sebarkan semangat Idul Adha untuk bersama mengatasi pandemi corona yang melannda bangsa ini dengan pengorbana-pengorbanan kita meski sebesar biji zarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun