Untuk memulai sesuatu yang rutin tentu tidaklah mudah. Banyak godaan yang akan membuat kita takut untuk memulai hal yang baru terlebih lagi di era seperti saat ini. Ibarat anak kecil yang memulai sesuatu yang baru maka ia butuh pujian agar bersemangat melakukan rutinitas baru. Â Di zaman saat ini pun ternyata dilakukan oleh orang dewasa dengan membagikan hal-hal yang baru melalui media sosial. Lantas apakah itu salah?, sungguh tak pantas untuk menilai motif seseorang membagikan sesuatu di media sosial. Bisa dibilang bukan urusan kita, selagi konten itu positif ada baiknya kita dukung.
Cobalah meniru para Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan Islam secara berangsur-angsur. Membolehkan minum 'Khamr' di awal kehadiran Islam di jazirah Arab. Namun pada akhirnya saat keislaman sudah menguat, jalanan Kota Madinah dibanjiri minuman keras karena masyarakat Madinah membuang minuman keras di rumah-rumahnya. Â
Wali songo yang mengajarkan keislaman secara moderat mampu menjadikan negeri ini sebagai mayoritas muslim. Nahdhatul Ulama contohnya, organisasi Islam terbesar ini masih berdiri kokoh menjaga keutuhan ummat dengan membuka ruang dialog antar agama. Meski bagi sebagiaan ada yang mengatakan "Lembek" dan liberal namun tetap saja berdiri kokoh menjaga keutuhan umat antar beragama.
Gambaran diatas menunjukkan kita untuk tidak cepat-cepat memberikan persepsi negatif pada konten-konten yang dibuat entah dalam bentuk artikel, vlog, desain grafis,opini, podcast dan sebagainya. Jika memang ada hal yang menyinggung hati kita atas konten-konten itu bisa jadi itu tanda cinta dari Tuhan melalui konten yang dibagikan itu. Jangan terlalu cepat berprasangka. Bukankah diminta untuk saling menasehati.Â
Dan bagian terpenting adalah bagi sang pembuat konten tersendiri. Jika tadi penulis mengajak agar tak buru-buru menilai motif di balik konten yang dibuat. Maka ini pesan khusus bagi sang pembuat konten. Coba tanyakan untuk apa konten-konten itu dibuat?. Jika memang untuk mencari populritas semata maka teruskan saja. Seperti di kompasiana para kompasioner berlomba memberikan artikel terbaik untuk memperoleh nilai atau menjadi artikel pilihan maka itu sah-sah saja.
Teruskan saja jangan berhenti meski nanti tak ada yang memberi nilai atau pujian. Karena percayalah, buah dari sebuah kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus adalah peningkatan kemampuan. Pengalaman adalah guru terbaik adalah benar adanya. Perjalanan kehidupan ibarat anak tangga meski tertatih-tatih pastikan kita semakin naik.Â
Naik disini bukan berarti kita harus mencapai puncak tertinggi namun sebaliknya kita semakin menyelami kemampuan diri ternyata pandangan terhadap diri selama ini adalah salah. Mulailah sampai akhirnya kita sadar apa yang kita lakukan sangat rugi jika hanya untuk dipuji. Salam berkarya dan terima kasih kompasiana penulis sudah menyelesaikan #40harimenulisdikompasiana. Sampai jumpa pada artikel selanjutnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H