Mohon tunggu...
Mgs. Fisika Fikri
Mgs. Fisika Fikri Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang punya seabrek mimpi :D

Lakukanlah sesuatu yang kau sukai maka kau tak akan merasakan berkerja sehari pun (Confucius) Membaca dan menulis adalah dua hal yang kusukai.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi Buang Air Besar

7 Juli 2020   23:06 Diperbarui: 7 Juli 2020   23:24 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana rasanya ketika waktu buang air besar (BAB) tiba-tiba memanggil? Penulis rasa pertemuan penting sekalipun akan tertunda jika panggilan ini tiba.Meski konon katanya dapat ditahan dengan mengantongi batu kecil namun tetap saja panggilan itu akan tiba kembali.  Setelah sejenak mengurung diri di kamar kecil ada kenikmatan tersendiri yang dirasakan meski pada akhirnya kita lupakan seiring dengan aktifitas yang kita lakukan. 

Sebentar memang tapi terasa nikmat. Setelah kotoran itu dikeluarkan badan terasa enteng dan siap kembali mengajak lidah giliran menikmati hidangan yang ada di hadapan kita. 

Namun sayangnya kita hanya ingat dengan nikmat lidah yang kita rasakan. Lihat saja di media sosial banyak orang ,engabadikan hidangan yang disantap. 

Membuat vlog saat hidangan dimasak atau membuat referensi restoran yang enak untuk dikunjungi. Namun jarang kita ingat bahkan kita lupakan bahwa kotoran yang kita keluarkan adalah sebuah nikmat.

Banyak diantara manusia hanya memikirkan nikmat lidah. Karena melihat postingan media sosial atas hidangan-hidangan yang tidak sama di hadapan diantara kita mulai meminta kepada Tuhan untuk menyajikan hidangan serupa lupa dengan hidangan dideoan mata. 

Bahkan sebagian orang justru berpikir Tuhan tidak adil, mengutuk diri dan keadaan yang telah menimpa dirinya. Padahal pada hakikatnya nanti yang dikeluarkan adalah hal yang sama. 

Seonggok kotoran yang bahkan tidak banyak manfaatnya dibanding kotoran hewan seperti kotoran kambing, sapi, ayam yang bisa menjadi pupuk. Bahkan ada juga kopi luwak yang diproses dari biji kopi yang keluar dari luwak. 

Untuk itu sebuah hal yang patut kita syukuri meski hidangan yang kita santap berbeda-beda namun kita bisa merasakan bahagia yang sama. Contohnya saja ketika kita melakukan BAB. 

Jadi benar yang dikatan orang bijak semua orang bisa bahagia tergantung dengan pilihannya dalam bersikap. Bahkan Tuhanpun sudah mengingatkan bahwa Dia itu ttergantung dengan prasangka hamba-Nya. 

Mari kita pilih bahagia bersama bukan fokus di hidangan yang berbeda. Jika belum bisa bahagia, cobalah rasakan momen-momen keluarnya seonggok kotoran waktu kita BAB. Selamat Berbahagia jika BABmu masih lancar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun