Tak harus selalu bicara,karena diam juga bisa bicara. Terdapat kisah mahsyur yang  sering dikisahkan bagi para penuntut ilmu antara orang shalat dan orang tidur. Ternyata orang yang sedang tertidur pulas itu justru lebih mulia dibandingkan orang yang shalat. Ini menandakan diam juga bisa bicara. Orang arif mengatakan sampaikanlah melalui hati yang terdalam maka pesan yang ingin disampaikanpun akan sampai.
Tak percaya? Berarti kau belum diam, kau masih sama seperti anak remaja yang butuh mengekspresikan apa yang dirasakan. Kau masih takut dengan kehilangan perhatian disaat pergerakan yang penuh dinamisme saat ini. Maka cobalah diam rasakan pesanmu sampai ke langit lalu dari langit sampai ke hati. Karena hati ke hati adalah wilayah Sang Pemilik Hati.
Itulah yang diajarkan dalam kajian-kajian tasawuf, para pengajar selalu berulang-ulang menyampaikan hal yang sama. Mungkin jika ini dilakukan oleh guru TPA maka sang anak merengek untuk pindah tempat mengaji. Karena sang ustadz hanya membahas itu-itu saja. Memang begitulah ilmu tasawuf melembutkan hati susah untuk dijelaskan kecuali dirasakan.
Bicara soal rasa sangat subjektif, bisa jadi orang yang selalu tampak senang di hadapan kita adalah mereka yang penuh luka. Sementara kita memandangnya enak ingin menjadi sepertinya. Padahal ujian yang kita hadapi lebih ringan dibanding mereka. Cobalah rasakan dalam diam termasuk ketika fitnah dan prasangka yang mendera. Apakah kita mampu diam saja seperti yang dilakukan Rasul saat dilempar kotoran. Cobalah untuk diam biarkan sang Pemilik Hati bergerak untuk datang kepada kita.
Susah memang untuk diam, tapi cobalah biar kita bisa mendengar petunujuk-Nya yang bisa jadi dari mereka yang bicara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H