Mohon tunggu...
Putra Niron
Putra Niron Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat di AMI Malaka dan SASOKA; Owner Kedai NN15

Penikmat Puisi, Penulis Kumpulan Puisi Penyair Bukan Kami; Kami dan Perjamuan Terakhir; dan Mata Cermin

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Stasiun

15 Maret 2023   12:52 Diperbarui: 15 Maret 2023   12:51 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Perjalanan pulang adalah kerinduan.

Menyusuri untaian rel adalah harap-harap cemas.

Di tengah hembusan angin sehabis ditabrak moncong kereta, ada sepucuk cinta yang terbentang dari Padang hingga Sawahlunto.

Ketika semakin jauh berjalan,

Kita semakin sadar bahwa cinta itu maha luas.

Bahkan jarakpun hanya mampu memisahkan raga.

Sejam lalu, di stasiun itu.

Kita berdua untuk kesekian kali.

Namun siapa sangka,

Jika ada kehendak Khalik yang tak terselami,

Kita akhirnya akan berjumpa di surga nan abadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun