Mohon tunggu...
Putra Niron
Putra Niron Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat di AMI Malaka dan SASOKA; Owner Kedai NN15

Penikmat Puisi, Penulis Kumpulan Puisi Penyair Bukan Kami; Kami dan Perjamuan Terakhir; dan Mata Cermin

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nyala

16 Maret 2019   10:31 Diperbarui: 16 Maret 2019   11:13 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Rahasia kita hampir terbongkar,

Tentang bagaimana kita curi dan makan secara rakus buah itu", lepasku.

Matamu binar-binar sendu. "Biar! Lebih baik lagi.. daripada kita harus terus bersembunyi. Aku bosan dan sudah tak tahan".

Serasa ingin mencungkil bola mata itu (lebih baik tidak punya mata seperti itu). "Kamu tahu tidak, nyala itu sudah dihidupkan lagi, tadi. Sebentar lagi ruangan ini akan penuh dengan terangnya".

Engkau malah tertawa. "semoga..."

"Mengapa kamu terlihat gembira sambil mengusung rahasia kita?" Tanyaku dengan masih menyimpan ragu dengan senyummu.

"Aku senang karena saatnya hampir tiba, saat di mana rahasia kerakusan kita terungkap." Kamu masih menghiasi kata-katamu dengan sukacitamu.

"Kamu sepertinya bersungguh-sungguh sekali akan mengoyak rahasia itu". Aku mulai kagum padamu. Kagum karena engkau masih kokoh kuat untuk menanti Dia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun