"Rahasia kita hampir terbongkar,
Tentang bagaimana kita curi dan makan secara rakus buah itu", lepasku.
Matamu binar-binar sendu. "Biar! Lebih baik lagi.. daripada kita harus terus bersembunyi. Aku bosan dan sudah tak tahan".
Serasa ingin mencungkil bola mata itu (lebih baik tidak punya mata seperti itu). "Kamu tahu tidak, nyala itu sudah dihidupkan lagi, tadi. Sebentar lagi ruangan ini akan penuh dengan terangnya".
Engkau malah tertawa. "semoga..."
"Mengapa kamu terlihat gembira sambil mengusung rahasia kita?" Tanyaku dengan masih menyimpan ragu dengan senyummu.
"Aku senang karena saatnya hampir tiba, saat di mana rahasia kerakusan kita terungkap." Kamu masih menghiasi kata-katamu dengan sukacitamu.
"Kamu sepertinya bersungguh-sungguh sekali akan mengoyak rahasia itu". Aku mulai kagum padamu. Kagum karena engkau masih kokoh kuat untuk menanti Dia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H