Saatnya kami bungkam untuk tidak bercelotehÂ
tentang nafasmu yang berhenti karena ledakan, Nak.Â
Kami tidak bersuara.Â
Maaf kami bungkam, Nak.Â
Suara kami mahal untuk ledakan yang halal.Â
Maaf kami bungkam, Nak.Â
Suara kami murah untuk berita murahan.Â
Nak, doakan kami dari atas sana karena suara kami mati.Â
Wairpelit, 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!