Mohon tunggu...
Y.Padmono Dr.
Y.Padmono Dr. Mohon Tunggu... -

Saya seorang dosen yang terlambat belajar iptek.Hoby Olahraga, baca, dan musik. Saya harus terus belajar!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sapu Tangan Merah

3 Desember 2011   06:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:53 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya tak mengerti bagaimana berpacaran, saya tak mengerti bagaimana mengungkapkan cinta, saya tak mengerti bagaimana mendekati gadis, saya tak mengerti apakah saya jatuh cinta, saya tak mengerti apa itu cinta!

Yang aku tahu perjuangan hidup, yang aku tahu menghadapi hidup, yang aku tahu mengumpulkan rupoah agar aku bisa hidup, yang kulakukan bekerja-bekerja, sehingga yang aku tahu hidup adalah bekerja dan bekerja untuk hidup!

Hambar… yang itu yang kurasakan berpuluh tahun di masa remajaku…tak pernah tamasya, kecualiterpaksa ikut tamasya, tak pernah makan enak kecuali terliabat dalam pesta tak sengaja, tak pernah bercinta karena bercinta perlu biaya dan aku tentu tak memilikinya…tetapi aku selalu bersenda gurau dengan sesame jomblo di kampung , itu pun hanya sesekali tetapi seringkali ketika masih SMP dan SLA…

Hingga wajar aku tak tahu ada gadis menyukaiku, hingga aku tak tahu ada dara mencintaiku, dan aku binggung ketika ia dekat bahkan sangat dekat…aku bingung mau berbuat apa, bahkan berpikir berbuat apa pun tak terlintas dalam pikiranku…

Kisah kecil ini terjadi…

Nama gadis ituPumulati..ia seangkatan denganku. Ketika SLA ia adalah kembang sekolah, kembang kampus, dan ia banyak dikejar para perjaka, dan yang jelas ia adalah kekasih temanku….bahkan kekasihku sering tidur bersama Pumulati, meski mereka tak pernah berbuat selayaknya suami istri! Percaya saja karena ini fakta dan aku memang tahu. Temanku memang tak mau menyentuhnya, karena ia berharap akan dijadikan istrinya…Temanku sebenarnya playboy, berbagai tipe gadis hilir mudik di kamarnya..temanku bukan lelaki baik, hingga adalah hal biasa melakukan itu! Tetapi tidak dengan Pumulati, karena ia impikan menjadi istri…

Sayang hubungan mereka merenggang seiring perkembangan Pumulati yang semakin banyak kumbang mengincarnya. Bahkan aku pernah didampratnya ketika mencoba mengingatkannya…Pumulati adalah teman sekampung bahkan sepereti saudara, karena orang tua kami juga akrab…

Peringatanku tak pernah digubrisnya…dan malapetaka itu terjadi ketika Pumulati siswa SPG itu melakukan praktek mengajar system blog. Ia tinggal di tempat seorang punggawa desa yang telah berpengalaman dalam menggarap gadis-gadis muda….dan benarlah Pumulati kehilangan keperawanannya suka sama suka dengan lelaki tua berpengalaman dan berkantong tebal.

Hanya karena wibawa, kantong tebal, dan kepandaianya merayu wanita Pumulati itu terjerembab dalam kenistaan tak terkira…aku sedih ketika mengetahui semua itu. Tetapi kesedihanku bukan karena aku mencintainya! Bukan karena memang aku tak mengetahui apa itu cinta, yang kutahu aku kecewa karena temanku dulu menjaganya, tetapi kini hilang dengan percuma!

Dan selanjutnya, wanita yang telah merasakan manisnya buah anggur, ia kepengin menikmati buah anggur itu…dan berganti-gantilah kumbang memetik madu buah anggur yang masih subur dan gampang untuk di atur…kapan ketemu dan kapan bercumbu

Selang tahun kemudian aku mulai belajar dibangkukuliah dengan perjuangan mengharukan, karena ketidak mampuan orang tuaku. Suatu kali aku bertemu Pumulati dan ia Nampak ingin mendekatiku walau sekali-kali,karena kepulanganu juga sekali-sekali…ia bercerita, ia menyesal, ia membuka memori, tetapi semua itu tinggal memori yang bagiku sudah tak berarti…

Ya aku ingat, ketika ia dekat dan sangat dekat denganku. Ketika kami bersep[akat menonton fil di gedung bioskop dan menunggu angkot yang mulai jarang, ia memberi saputangan merah karena aku memang tak pernah membawa sapu tangan! Sayang angkot kelamaan dan kami tak jadi pergi…dan benar ia ingatkan itu, meski aku tak tahu maksudnya…ia ternyata pernah mencintaiku dan ia utarakan ketika ia sudah tak suci lagi..

Yang aku memang tak mengerti dan aku tak berani, lebih penting aku tak pernah mengerti dan bermimpi menjadikannya seorang istri, karena ia pacar temanku…dan kini aku baru mengerti betapa ia mengharapkanku menjadi suami kala itu….karena aku tak beraksi, maka ia mengganti dengan temanku yang lebih tampan menurutku, tetapi katanya bukan begitu…

Pumulai kini kau tak suci lagi dan sapu tangan merah itu sudah taka da padaku lagi…ia hilang entah kemana, karena memang aku bukan tukang koleksi, apalagi saat itu aku tak menganggap itu berarti…

Pumulati kini telah tua…ia beranak empat, satu anaknya mati yang nomor dua, anak pertama menjadi mantra dan anak ke 3 dan ke 4 nya masih nyantri……………

Pumulati…kini bahagia, meskipun suaminya jauh lebih tua, buruk rupa, tetapi mampu memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya…

Pumulati….aku tidak minta maaf karena memang aku tak mengerti….ini kebodohanku untuk kesekian kalinya….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun