Baru-baru ini buruh minta naik 3,7 juta rupiah, sedangkan level Supervisor lulusan S1 gaji masih banyak yang dibawah UMR sekitar 1,5 - 2 juta rupiah aja masih pada adem ayem. Apa yang terjadi? Apakah tidak ada serikat sarjana? Kenapa mereka juga tidak menuntut haknya? Bukankah selama kuliah ada beberapa diantara mereka merupakan aktivis di kampus yang sering ikut demo juga? Menanggapi pertanyaan saya diatas, seorang kenalan di facebook berkata : "Aneh juga membaca pendapat "khalayak" yang mencibir tuntutan upah layak bagi buruh. Beberapa media juga menyorot buruh yang ngredit sepeda motor "Ninja", ada juga yang mengkritisi buruh-buruh yang punya smartphone (walaupun paling banter merk China). Mau hidup layak atau hidup mewah? katanya. Pendidikan juga disoal, sarjana gak sampe tapi gajinya mau nyaingi sarjana. Kesannya, buruh tidak boleh hidup "model begitu" (punya motor bagus, HP bagus, gaji tinggi). Buruh diminta atau malah dipaksa prihatin terus sampe mampus. Para kaum sarjana itu mestinya ya seneng, gaji buruh tinggi, mereka bisa nuntut gaji lebih tinggi. Kalau gak mampu, ya bikin serikatlah. Belajar sama buruh-buruh yang berserikat bagaimana caranya berjuang. Soal risiko, semua punya risiko." Jadi kesimpulannya jika tuntutan buruh dipenuhi, buat para generasi muda yang saat ini masih smp/sma kalo berniat nyari uang jadi buruh aja. Tidak usah sekolah tinggi-tinggi karena biaya kuliah mahal tapi setelah lulus gajinya lebih rendah. Tapi kalo emang kalian emang mau mencari ilmu maka sekolah lah yang tinggi dan pergilah keluar negeri karena disana akan lebih dapat apresiasi dan kesejahteraan. Yang sudah terlanjur kuliah maka setelah lulus jadilah pengusaha. Yang sudah jadi pengusaha ayo jalankan "Revolusi Industri", gantikan tenaga buruh dengan mesin. Buat para buruh ada baiknya mensyukuri apa yang sudah didapat saat ini, masih banyak saudara-saudara kita yang belum mendapatkan pekerjaan. Buruh yang sekarang ini bukan lagi "wong cilik". *miris Sumber Gambar : Disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H